Pendidikan Di Indonesia Gawat Darurat
JAKARTA, JURNAL123.
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Anies Baswedan menyebut pendidikan saat ini berada dalam kondisi gawat darurat arena data Kemendikbud mencatat bahwa pendidikan di Indonesia menunjukan hasil buruk.
Salah satu petunjuk gawat daruratnya pendidikan Indonesia adalah hasil The Program for International Student Assessment (PISA) yang menempatkan Indonesia pada rangking 64 dari 65 negara.
Menurut lembaga Programme for International Study Assessment (PISA), tren kinerja pendidikan Indonesia pada tahun 2000, 2003, 2006, 2009, dan 2012, cenderung stagnan. Sehingga menempatkan pendidikan Indonesia masuk dalam peringkat 64 dari 65 negara.
Sedangkan minat membaca di Indonesia hanya 0,001 persen menurut data UNESCO pada 2012.
Menurut lembaga The Learning Curve untuk pemetaan kualitas pendidikan, uji kompetensi guru yang diharpakan memiliki standar minimal 70, masuk dalam peringkat 40 dari 50 negara.
“Dalam satu dekade terakhir berdasarkan survei PISA pendidikan Indonesia jalan di tempat, sementara negara lain sedang bersiap memenangkan pertarungan dunia, kita malah stagnan dan ini adalah tanggung jawab kita, bukan orang lain,” kata Anies di Jakarta, hari ini.
Hari ini, Anies bersilaturahim dengan sekitar 650 kepala dinas pendidikan provinsi, kabupaten dan kota se-Indonesia.
Menurut Anies, jika dalam urusan investasi ada masalah, maka para pelaku dunia usaha bisa langsung protes, tapi kalau ada masalah dalam pendidikan anak cucu akan menyesal di kemudian hari.
“Memang tidak ada yang protes hari ini, tapi anak cucu kita akan menengok ke belakang dan bertanya bapak apa yang dulu dikerjakan hingga kami seperti sekarang,” kata dia.
Ia mengatakan apa yang ada saat ini ada merupakan produk pendidikan Indonesia di masa lalu dan kita bisa melihat bagaimana hasilnya.
“Oleh sebab itu apa yang dikerjakan oleh jajaran pendidik di Tanah Air hari ini menentukan wajah Indonesia ke depan,” kata dia.
Ia menegaskan ini merupakan suatu tantangan yang amat besar bagi seluruh jajaran pendidikan yang ada di Indonesia agar dapat berubah lebih baik.
“Melihat rangking hasil survei PISA, ini harus jadi bahan renungan, kita harus benar-benar berubah,” kata dia.
Anies mengatakan fakta ini pahit tapi harus diungkapkan, sebab kalau tidak kita akan terus merasa nyaman, padahal sedang mengalami persoalan yang besar.
“Kita dalam kondisi yang gawat dan harus berubah, jangan saling menyalahkan antara pusat dan daerah, ini adalah tanggung jawab semua dan harus turun tangan menyelesaikannya,” kata dia.
Kepada pemerintah daerah, Anies meminta untuk menganalisis kondisi pendidikan di daerahnya masing-masing. Analisis tersebut diperlukan untuk memperoleh gambaran solusi apa yang bisa dilakukan untuk memajukan pendidikan.
Salah satu contohnya adalah fakta bahwa 75 persen sekolah di Indonesia tidak memenuhi standar pelayanan minimal.
“Jangan biarkan angka-angka masalah ini dianggap sebagai sebuah kelaziman. Dan Pemda jangan hanya urun angan, tapi juga harus turun tangan,” kata Mendikbud dalam paparannya.
Dia juga menyatakan, memperbaiki mutu pendidikan di Tanah Air tidak dapat dilakukan secara instan. “Semua pihak harus bersabar karena butuh waktu panjang untuk memperbaiki mutu pendidikan, jangan mengharapkan hasil akhir saja,” katanya.
Sistem pendidikan di Finlandia yang mempesona dan hebat, namun hal yang perlu diperhatikan adalah mereka menyiapkan semua itu sejak 1980-2000 atau butuh waktu 20 tahun.
“Sementara kita cenderung melihat hasil akhir saja dan tidak mempelajari seperti apa proses panjang yang dilewati,” kata dia.(KOM)