Warga Korsel Boikot Produk Jepang
Jurnal123.com – Saat pemerintah Jepang dan Korea Selatan terus berseteru soal pembatasan ekspor bahan baku chip oleh Jepang, perusahaan-perusahaan Negeri Sakura mulai merasakan dampak negatif dari boikot yang dilakukan konsumen di Korsel sebagai aksi balasan.
Boikot ini pertama kali dimulai di kalangan usaha kecil dan menengah (UKM). Beberapa toserba kelas menengah di Seoul secara terang-terangan menempelkan stiker yang menyatakan mereka tidak menjual produk minuman beralkohol (minol) asal Jepang.
Lebih dari 23.000 gerai ritel telah berpartisipasi dalam boikot ini hingga 16 Juli lalu, menurut salah satu pimpinan grup perusahaan kepada media lokal, seperti dilansir dari Nikkei Asian Review.
Salah satu jaringan supermarket terbesar di Korsel, E-mart, tidak bergabung dalam kampanye ini, namun penjualan bir, saus dan bumbu dapur asal Jepang anjlok 30% dalam dua minggu pertama bulan ini dibandingkan di bulan sebelumnya (month-to-month/mtm).
Tiga grup perusahaan FMCG (fast-moving consumer goods) besar asal Jepang, Asahi Group Holdings, Kirin Holdings dan Sapporo Holdings telah menghentikan iklan komersial mereka di televisi menyusul sentimen konsumen di Korsel.
“Jika konsumen Korsel terus menolak membeli produk bir Jepang, kami mungkin terpaksa harus mengurangi pengiriman,” kata salah satu pimpinan perusahaan produsen bir.
Boikot ini juga telah memukul Fast Retailing, pemilik jaringan brand toko pakaian Uniqlo, yang memiliki lebih dari 180 gerai di Korsel. Uniqlo minggu ini mengumumkan permintaan maaf setelah CFO Takeshi Okazaki membuat marah publik dengan mengklaim dampak dari perselisihan ini tidak akan berjalan lama.
Beberapa perusahaan Jepang lain telah memilih mundur secara diam-diam dari aktivitas bisnisnya di tengah situasi yang panas ini. Sony membatalkan acara peluncuran wireless headphone model terbarunya, sementara Nissan membatalkan acara test-drive bagi sedan Altima terbarunya di Korsel.
Dampak dari kisruh politik antar kedua negara ini juga memukul sektor jasa, khususnya pariwisata. Dalam data terbarunya, agen perjalanan JTB mencatat penurunan reservasi hotel di Jepang oleh pelanggan Korsel hingga 10%. Pemesanan perjalanan ke Jepang di biro-biro perjalanan Korsel telah anjlok lebih dari 50% di bulan ini.
“Sedikit pembatalan karena ongkos atau biaya, namun lebih karena konsumen nampaknya menghindari Jepang,” ujar salah satu sumber kepada Nikkei.
Maskapai LCC Korsel, T’way Air akan menghentikan penerbangan di empat rute Korsel-Jepang hingga Oktober, dimulai dengan rute Muan-Oita di minggu ini. Eastar Jet berencana menutup sementara rute Busan-Sapporo dan Busan-Osaka mulai September.
Langkah ini tentunya akan memukul target kunjungan 40 juta wisman di 2020 yang dipatok pemerintah Jepang. Data Badan Pariwisata Nasional Jepang menunjukkan, sebanyak 7,54 juta wisman asal Korsel mengunjungi Jepang tahun lalu, hampir seperempat dari total kunjungan. Jumlah ini naik 5,6% secara yoy dibandingkan 2017.
Cukup sulit memprediksi sampai kapan boikot dan sentimen masyarakat kedua negara akan bertahan. Kejadian yang sama pernah terjadi pada 2013 tapi tidak berlangsung lama. Namun, boikot kali ini diproyeksi akan berjalan lebih lama apabila pemerintah Jepang memutuskan mencabut Korsel dari daftar mitra dagangnya di bulan depan.
“Jika boikot ini membuat marah publik di kedua negara, perusahaan-perusahaan Jepang dan Korsel akan terkena imbasnya. Respons yang tenang diperlukan agar masalah politik ini tidak berdampak ke perekonomian,” ujar Eom Chi-Sung, pejabat Federasi Industri Korea.(CNB)