Nusantara

Polri Ungkap Kelompok Teroris JAD dan MIT Berkomunikasi

Karopenmas Divisi Humas Polri Brigjen Pol Dedi Prasetyo (tengah), Kabag Penum Divisi Humas Polri Kombes Pol Asep Adi Saputra (kiri) dan Anjak Madya Divisi Humas Polri AKBP Muhammad Iqbal Alkudusi (kanan) memberikan keterangan pers pengungkapan kasus tindak pidana terorisme di Divhumas Polri, Jakarta, Selasa (23/)2019. (Vecky Ngelo)

Jurnal123.com – Dari hasil pendalaman  dan penelusurannya, akhhirnya Polri menemukan bahwa kelompok teroris Jamaah Ansharut Daulah ( JAD) dan Mujahidin Indonesia Timur ( MIT) pimpinan Ali Kalora saling berkomunikasi.

Kepala Biro Penerangan Masyarakat (Karo Penmas) Divisi Humas Polri Brigjen (Pol) Dedi Prasetyo saat konferensi pers di Gedung Humas Mabes Polri, Jakarta Selatan, Kamis   (25/7/2019). “Memang awalnya berbeda, MIT lebih banyak ke JI (Jamaah Islamiyah). Namun demikian, dalam komunikasi bisa jadi satu,” ujar Dedi.

Selanjutnya,  Dedi menegaskan informasi itu terungkap setelah Detasemen Khusus (Densus) 88 Antiteror Mabes Polri mengamankan seorang terduga teroris berinisial N (39) di Berok Nipah, Kecamatan Padang Barat, Kota Padang, Kamis (18/7/2019) lalu.” Dari data yang ada dan  keterangan polisi, N diberi perintah oleh S alias Daniel alias Chaniago untuk memberikan dana kepada kelompok MIT, ” tegasnya.

Untuk itu, Dedi menjelaskan  bahwa S tidak tergabung dalam kelompok MIT. S hanya berperan mengirim logistik kepada kelompok tersebut. “Ternyata dia juga sesuai arahan dari mastermind-nya memberikan aliran dana juga kepada MIT Poso,” Jelasnya.

Seiring dengan itu, Dedi  merincii S merupakan otak atau mastermind yang menggerakkan anggota kelompok JAD Indonesia, sekaligus sebagai penyandang dana. “Sementara itu, S mendapat aliran dana berskala internasional. Tercatat, ada 12 orang dari lima negara yang mengirimkan dana ke S pada rentang waktu Maret 2016 hingga September 2017 dengan total sebesar Rp 413,17 juta,” rincinya.

Jadi, Dedi mengungkapkan  dikenal Aktif Bermasyarakat hingga Keluarga Tidak Percaya Sementara ini, polisi mendeteksi aliran dana tersebut berasal dari lima negara, yakni Trinidad dan Tobago, Maladewa, Jerman, Venezuela, dan Malaysia.” Dana tersebut digunakan untuk menjalankan teror, salah satunya untuk membeli material pembuat bom. Polri masih melakukan pendalaman dan akan mengungkap lebih detail perihal alokasi dana tersebut di lain waktu,” ungkapnya. (Vecky Ngelo)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *