Nusantara

Kapolda Bali Ungkap Langkah Hadapi Terorisme

DR Irjend Pol Petrus Golose : Penangan Teroris di Indonesia secara Humanis penegakan hukum dan Soft Approach sehingga jelas dapat dipertangung jawabkan. ( Vecky Ngelo)
DR Irjend Pol Petrus Golose : Penangan Teroris di Indonesia secara Humanis penegakan hukum dan Soft Approach sehingga jelas dapat dipertangung jawabkan. ( Vecky Ngelo)

JURNAL123, JAKARTA.
Berbagai kejadian yang sedang ramai dan sering terjadi akhir- akhir ini adalah terorisme. Terorisme banyak memakan korban, oleh karena itu sangatlah penting dan perlu pembahasan dan cara masuknya ideologi radikalisme serta terorisme ke Indonesia, STIK – PTIK (Sekolah Tinggi Ilmu Kepolisian) menggelar seminar Internasional dengan mengangkat Tema ” Best Practies On Holding Terrorism”, ini adalah bagian dari Mahasiswa S3 STIK Angkatan III dari Program Doktor Ilmu pengetahuan Polisi.

Acara berlangsung di Aula STIK – PTIK, Kebayoran, Jakarta Selatan. Kamis (21/2). lrjen. Pol. Dr. Drs. Petrus Reinhard Golose M.M. Kapolda Bali (Chief of Police of Bali Province) “The Soft Approach Strategy in Coping with Islamist Terrorism in Indonesia”

” Dalam menanggapi meningkatnya radikalisme, Indonesia telah mencoba untuk melakukan tindakan yang berhasil dengan dua pendekatan; penegakan hukum, dan saji approach. Teroris yang telah ditangkap tidak menyebabkan deradikalisme namun lebih banyak kontra ideologi tentang nilai jihad. Kontrak ideologi konflik ideal diri yang akan membentuk pola pikir seseorang terhadap seseorang. Akhirnya pola pikir akan menjadi kontrol untuk fungsi yang akan permanen dan melibatkan semua fungsi kognitif, abektif dan tingkah lakunya “.

Berikut 9 alasan kelompok radikal gunakan internet:
1. Menyebar propaganda;
2. Merekrut anggota;
3. Melakukan pelatihan;
4. Mengatur persediaan logistik;
5. Membentuk kekuatan paramiliter;
6. Mengatur rencana;
7. Melancarkan aksi teror;
8. Mengatur tempat persembunyian;
9. Penggalangan dana.

Brigadier General Ret. Ruseel D. Howard The Inaugural Director of the Combating Terrorism Center, USA ”Special Operation Against Terrorism” Bagaimana operasi yang dilakukan oleh Amerika dalam menghadapi isu terorisme, upaya-upaya operasi khusus yang dilakukan selama ini akan menjadi pembahasan, termasuk karakteristik organisasi, demografi, dan misi yang dijalankan ” .

Kelompok Teroris Negara Islam (IS) yang menang di Irak pada tahun 2014 telah kehilangan keunggulan. Saat ini bersifat defensif, berjuang untuk mempertahankan bentengnya di Irak dan Suriah. Ini kontras dengan situasi di tahun 2014 saat kelompok ini sedang naik daun. Dalam masalah ini, Rohan Gunaratna membahas serangan teroris profil tinggi baru-baru ini di Manila dan menyoroti ancaman yang ditimbulkan oleh Divisi IS Asia Timur di Filipina. Dia berpendapat bahwa serangan baru-baru ini, penyatuan berbagai kelompok militan di bawah payung IS dan bentrokan antara pasukan keamanan Filipina dan afiliasi IS di Bohol menunjukkan pengaruh IS yang semakin meningkat di Filipina, dan sebuah pengingat bahwa kelompok tersebut mencoba untuk memperluas ke utara. Artikel tersebut berpendapat bahwa ancaman IS kemungkinan akan meningkat di masa depan, dan memperingatkan bahwa penciptaan inti IS di Filipina tidak hanya menghadirkan ancaman domestik tapi regional dan internasional yang perlu ditangani dengan cepat.

Aksi Terorisme merupakan fenomena sosial dalam satu periode terakhir ini. Akar dari terorisme juga mengalami peningkatan; baik di tingkat nasional, regional maupun global. Ekskalasi dampak desktruktif yang ditimbulkan telah atau lebih banyak menyentuh multidimensi kehidupan manusia Masyarakat, internasional sepakat bahwa aksi terorr merupakan bentuk nyata dari pelecehkan nilai-nilai kemanusiaan, martabat bangsa, dan norma-norma agama.

Indonesia mengalami teror bom yang melanda berbagai daerah, kasus bom Bali 12 Oktober 2002 menyisakan histori yang tidak terlupakan Secara berkelanjutan dapat digambarkan selama dua tahun terakhir; bom Thamrin (14 Januari 2016), born mapolresta Surakarta, teror gereja Santo Yosef Medan, Bom gereja Oikumene Samarinda, Bom Majalengka, rencana bom istana negara, bom Tangerang, Kancana penyerangan pos polisi Senen, penembakan terhadap 2 anggota polri di Tuban, bom panci Bandung, bom Kampung Melayu, Penikaman anggota Polri di Mako Polda Sumut, penikaman terhadap 2 personel Brimob di Masjid Faletehan Jaksel, penyerangan Mapolres Dharmasraya Sumatera Barat.

Berbagai kejadian teror yang terjadi menunjukkan bahwa; pertama, teror dapat terjadi dan muncul dimana saja, seperti Indonesia, Philipina, Thailand, Afganistan. Pakistan, Arab Saudi, Turki, Inggris dan Amerika Serikat Hal ini memperlihatkan bahwa terorisme merupakan kejahatan global (global crimes). Kedua, dari pengungkapan aksi teror di Indonesia, pelaku adalah warga negara Indonesia dan telah menjadi bagian dari pelaku terorisme global. Kondisi ini menggambarkan akar-akar terorisme berkembang dalam kebudayaan masyarakat Indonesia. Ketiga, selama kurun lima tahun terakhir, nilai-» nilai sosial masyarakat Indonesia “kegotong royongan” telah kehilangan “roh”nya sehingga akar sosial ”sosial cepi ” masyarakat dalam membangun keamanan menjadi pudar.

Dampak dan implikasi teror tersebut sangat luas dan mendalam, mulai dari keamanan, kemanusiaan hingga politik dan perekonomian. Tanpa kompetensi yang memadai serta langkah antisipasi yang tepat, kerugian baik fisik, materiil dan sosial dari rangkaian teror tersebut sangat besar nilainya untuk ditebus oleh bangsa kita.(VEK)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *