Jakarta Kota Termacet Dunia
JAKARTA, JURNAL123.
Plt Kepala Badan Pengembangan Infrastruktur Wilayah Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Hermanto Dardak mengakui DKI Jakarta tercatat sebagai kota termacet di dunia.
“Jakarta sebagai kota nomor satu termacet di dunia, ini bukan main-main lho. Yang turut bertanggung jawab adalah instansi terkait dalam hal tata ruang di Jakarta, termasuk DPD REI Jakarta,” ucap Hermanto saat diskusi Ayo Membangan Jakarta, di Jakarta Convention Center (JCC), Sabtu (21/2/2015).
Hermanto menambahkan, tantangan yang dihadapi untuk membangun DKI Jakarta memang banyak, seperti masalah yang selalu dijumpai adalah macet dan banjir.
“Kawasan kumuh juga tantangan infrastruktur di Jakarta. Implikasinya memang banyak, ini tambah kompleksnya tantangan yang akan dihadapi,” sebut dia.
Terlebih lagi wilayah Ibu Kota tidak terlepas dari campur tangan daerah lain seperti Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi, sehingga untuk menyelesaikan permasalahan infrastruktur maupun tata ruang harus bersinergi.
Sebelumnya, DKI Jakarta dinobatkan sebagai kota termacet di dunia. Hasil itu merupakan survei data index stop-start yang dibuat Castrol Magnatec.
Kadishub DKI Belum Tahu Jakarta Jadi Kota Termacet di Dunia
Kepala Dinas Perhubungan dan Tranportasi DKI Jakarta Benjamin Bukit mengaku belum tahu seputar penobatan Jakarta sebagai kota termacet di dunia versi Castrol’s Magnatec Stop-Start index. Ia bahkan baru mengetahui informasi tersebut saat para awak media.
“Wah, baru dengar saya,” kata Benjamin, di Balai Kota DKI Jakarta, Rabu (4/2/2015). Benjamin menyadari penobatan tersebut bisa saja benar. Sebab, kata dia, pemerintah belum menemukan kebijakan terbaik untuk menekan jumlah peredaran kendaraan pribadi di jalanan.
Belum lagi rasio jalan yang tak sebanding dengan pertambahan jumlah kendaraan. “Intinya pemerintah harus melakukan upaya semaksimal mungkin. Kalau Jakarta punya strategi pola transpotasi, tentu kita akan push sebaik-baiknya,” ucap dia.
Sebagai informasi, Castrol’s Magnatec Stop-Start mengukur kemacetan berdasarkan proses berhenti-jalan sebuah kendaraan. Dari penelitian yang mereka lakukan, rata-rata kendaraan di Jakarta melakukan 33.240 kali proses berhenti-jalan per tahunnya. [Baca: Ahok: Untung Tensi Saya Masih Bagus, Kalau Enggak Stroke Saya]
Indeks ini mengacu dari data navigasi pengguna Tom Tom, mesin GPS, dan alat untuk menghitung jumlah berhenti dan jalan kendaraan setiap kilometernya. Jumlah tersebut kemudian dikalikan dengan jarak rata-rata yang ditempuh setiap tahun di 78 negara.
Urutan kota termacet kedua ditempati Istanbul (Turki), disusul Kota Meksiko (Meksiko) di urutan ketiga. Selain Jakarta, kota lainnya di Indonesia yang masuk dalam 10 besar adalah Surabaya yang menempati urutan keempat.
Di bawah Surabaya, berturut-turut menyusul Saint Petersburg (Rusia), Moskwa (Rusia), Roma (Italia), Bangkok (Thailand), Guadalajara (Meksiko), dan Buenos Aires (Argentina).
Sedangkan untuk kota dengan lalu lintas terlancar ditempati Tampere (Finlandia), dan berturut-turut disusul Rotterdam (Belanda), Bratislava (Slovakia), Abu Dhabi (UEA), Brisbane (Australia), Antwerp (Belgia), Porto (Portugal), Brno (Ceko), Kopenhagen (Denmark), dan Kosice (Slovakia).
(OKE/KOM/JNE)