Ekonomi

Kimia Farma Merambah Sektor Properti, Bangun Hotel Dan Rumah Sakit

Logo Kimia Farma
Logo Kimia Farma

JAKARTA, JURNAL123.
Identik dengan obat kini tidak lagi mutlak dimiliki PT Kimia Farma Tbk. Pasalnya di tahun 2015 ini perusahaan pelat merah tersebut mulai merambah usaha disektor properti dengan membangun hotel dan rumah sakit. Tujuan pembangunan di bidang properti guna mengoptimalisasikan asetnya.

Direktur Riset dan Pengembangan Bisnis Kimia Farma, Wahyuli Syafari, menyebutkan bahwa perseroan akan membangun hotel di kawasan Dago, Bandung, dan Matraman, Jakarta Timur.

“Lantai satu ada apoteknya, lantai dua ada klinik, dan lantai tiga itu lobi hotel. Nanti, hotelnya ada 7-9 lantai,” kata Wahyuli, seperti dilansir Vivanews di kantor Kimia Farma, Jakarta.

Wahyuli beralasan, pembangunan properti tersebut bertujuan untuk optimalisasi aset. Misalnya, bisnis apotek yang biasa pendapatannya Rp100 jutaan akan bertambah dengan adanya bisnis hotel.

“Lahan yang lokasinya strategis seperti di Bandung dan pangsa pasar (hotel bisa dimanfaatkan). Kalau weekend di Bandung, lalu susah cari hotel, hotelnya bisa dapat di mana?” kata dia.

Wahyuli mengatakan, perseroan ini juga akan membangun Rumah Sakit Ibu dan Anak. Alasannya, pembangunannya lebih cepat. “Kalau spesialis, susah cari dokternya,” kata dia.

Rumah sakit tersebut, rencananya akan dibangun di lahan lima ribu meter persegi di daerah Saharjo, Jakarta. Perusahaan tersebut, akan menggandeng PT Wijaya Karya Tbk. “WIKA (Wijaya Karya) belum memberikan kajian pastinya,” kata dia.

Selain itu, perseroan akan menambah apotek baru. Tahun ini, jumlah apotek diperkirakan ada 500 unit dan 50 klinik. “Pada 2015, ada 612 total apotek dan kliniknya jadi ada 250,” kata dia.

Siap hadapi MEA

Lebih lanjut, Wahyuli menuturkan, Kimia Farma siap menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) 2015. Perusahaan pelat merah ini sudah menyiapkan strategi menghadapi pasar bebas ASEAN ini.

“Kami siap menghadapi MEA. Pabrik kami harus lebih bagus untuk pangsa pasar, salah satunya menghadapi pangsa pasar ASEAN,” paparnya.

Wahyuli mengatakan bahwa BUMN farmasi ini memang punya banyak pesaing, misalnya perusahaan swasta. Untuk itu, mereka punya strategi di pasar farmasi.

“Kami mengembangkan produk generiknya. Kalau swasta, mereka mengembangkan branded-nya,” kata dia.

Wahyuli menjelaskan, produk perseroan itu sudah menembus pasar ekspor. Misalnya, kina diminati Tiongkok, produk obat-obatan beraneka ragam yang dipasok ke Timor Leste. Sedangkan Kamboja berminat pada obat herbal, dan Malaysia menyukai produk kecantikan berupa bedak.

“Kami punya apotek di sana. Pelanggan Malaysia itu banyak. Bedak Venus yang paling diminati,” kata dia.

Pasar baru pun siap-siap untuk ditembus Kimia Farma, yaitu Kazakhstan. “Kami mau bekerja sama dengan Kazakhstan. Kami sekarang lebih aktif dengan Kementerian Luar Negeri dan Kementerian Perdagangan,” kata dia.

Selain itu, Wahyuli mengatakan, pihaknya membangun pabrik untuk membuat bahan baku industri, yaitu garam farmasi. Sebab, mayoritas pabrik farmasi Indonesia memasok bahan baku dari luar negeri.

“Ini kelemahan kita. Bahan baku mayoritas impor. Kalau punya pabrik bahan baku, produk bisa diserap pasar dalam negeri. Tak hanya itu, industri bahan baku sulit karena memerlukan teknologi tinggi dan sumber daya manusia yang berkualitas,” kata dia.(JIM/VIN)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *