Profil

Mengenang 100 Tahun PK Ojong: Gunawan Mohamad Nilai Ojong Sosok Sederhana, Pekerja Keras dan Mengedepankan Kesetaraan

Jurnal123.com – Petrus Kanisius Ojong (PK Ojong) atau Auw Jong Peng-Koen adalah salah satu pendiri Kelompok Kompas Gramedia (bersama Jakob Oetama). “Saya kenal PK Ojong lewat Arief Budiman, karena Arief dekat sama beliau dan kemudian kami bergaul terutama di bidang sastra”

Berikut petikan wawancara awal ketika Gunawan Mohamad, pendiri Majalah Tempo mengenal sosok insan pers terbaik Indonesia Petrus Kanisius (PK) Ojong saat wawancara khusus dengan Tribunnews, memperingati 100 tahun PK Ojong, beberapa waktu lalu.

Gunawan berkisah awal mula dirinya bertemu dengan PK Ojong.
Saat itu, pertemuan bermula dari kedekatannya dengan salah satu cendekiawan ternama Arief Budiman.

Meski tak mengingat betul tahun berapa pertemuan tersebut, Gunawan langsung menyelami pemikiran PK Ojong yang dinilai sebagai pribadi pekerja keras yang tak pernah berhenti belajar.

Sejak tahun 1966, Gunawan dan pendiri Kompas Gramedia itu kerap bertemu membahas seputar perkembangan dunia sastra.

Dari pertemuan keduanya, menghasilkan buah pergaulan yang sehat dan tentunya sangat berharga bagi pribadi Gunawan.
“Terutama karena pergaulan di bidang pemikiran (dengan PK Ojong–red),” tutur Gunawan.

Tak sampai disitu, dari pertemuan keduanya yang sering diisi dengan diskusi perkembangan dunia jurnalistik, muncul buah pemikiran untuk mendirikan media massa.

Gunawan pun berani mengambil langkah soal usulan penting PK Ojong untuk mendirikan Majalah Tempo.

Dalam merintis pembangunan majalah Tempo, Gunawan berkisah jika PK Ojong sangat menginsipirasi dalam hal etos kerja.

Ia diminta untuk bekerja lebih ekstra untuk membangun sebuah media baru.

Bahkan, PK Ojong, kata Gunawan, memberikan masukan agar dirinya bekerja 7 hari 24 jam.
“Waktu saya mau mendirikan Tempo saya tanya, riset Pak Ojong apa? dia bilang kalau mau bikin Majalah Tempo harus bekerja 7 hari 24 jam, dan betul, etos kerja itu memang harus ditegakkan kalau mau bikin majalah seperti Tempo, sampai sekarang pun masih. Itu pegangan dari Pak Ojong,” kata Gunawan.

Dalam nilai kehidupan, Gunawan sangat mengenal sosok PK Ojong sebagai pribadi yang sederhana.
Saat itu PK Ojong tinggal di Jalan Slamet Riyadi Jakarta Timur.
Ia juga melihat sosok PK Ojong pribadi yang tidak mementingkan kehidupan pribadinya.

PK Ojong, lanjut Gunawan, meski memiliki jabatan tinggi ketika menjabat redaktur di Majalah Star Weekly, selalu mengedepankan kesetaraan.

Ia tak pernah memandang rendah bawahannya. Konsep kesetaraan antara atasan dan bawah inilah yang kemudian dicontoh dan diterapkan Gunawan di redaksi Majalah Tempo, hingga kini.
“Ada kesetaraan dalam manajemen itu memperkuat tim. Jadi itu yang terus saya pakai, bahkan di Tempo saat ini pimpinan redaksi itu bukan dewa. Bisa salah, boleh dibantah, bisa diketawain, bisa diajak diskusi,” tutur Gunawan.

Ojong menjadi jurnalis sejak awal usia 30-an. Ojong mempunyai enam anak, empat di antaranya laki-laki. PK Ojong meninggal tahun 1980.

Semasa hidupnya, Ojong dikenal sebagai pribadi yang sederhana, jujur, bertanggung jawab, dan pandai mengelola keuangan. Dia tidak suka menyumbang untuk acara pesta yang menghamburkan uang, namun memberikan donasi kepada yang membutuhkan bantuan.

Selain itu, PK Ojong juga seorang pekerja keras dan mengutamakan persatuan bangsa berdasarkan Bhineka Tunggal Ika.

Sebagai informasi, tepat pada hari ini, 25 Juli 2020, merupakan peringatan 100 tahun PK Ojong.
PK Ojong lahir di Bukittinggi, Sumatera Barat pada 25 Juli 1920.
Pendiri Kompas Gramedia itu meninggal pada 31 Mei 1980 pada usia 59 tahun.

TRIBUNNEWS

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *