Internasional

Korban Corona Singapura Kini Tertinggi di Asia Tenggara Lewati Indonesia

Jurnal123.com -Kalau sebelumnya Indonesia menempati urutan teratas di Asia Tenggara (Asean) dalam kasus korban  virus Corona, namun kini posisinya digantikan Singapura.

Kasus virus corona di Singapura melonjak tajam dalam seminggu terakhir dan menjadi negara paling banyak positis Covid-19 di Asia Tenggara.

Kasus virus corona di Singapura bahkan mengalahkan jumlah kasus di Indonesia, Minggu (20/4/2020) setelah menteri Kesehatan Singapura melaporkan 596 pasien positif Covid-19.

Total kasus virus corona di Singapura, Minggu tercatat 6588, mengalahkan Indonesia yang hingga kemarin tercatat 6.575 kasus, serta Filipina sebanyak 6.259 kasus.

Kementerian Kesehatan Singapura (MOH) dalam rilis terbarunya menyebutkan, lonjakan kasus Corona di Singapura terjadi di sejumlah dormitori pekerja migran di negara itu dalam sepekan terakhir.

Covid-19 dan 14 PDP Sekaligus
Pemerintah Singapura langsung memutuskan untuk mengisolasi seluruh penghuni dormitori pekerja migran di negara itu.
Dalam rilis terbaru MOH yang dilansir Straits Times dan Channel News Asia, 25 kasus terbaru adalah warga negara Singapura dan selebihnya, 571 kasus adalah pekerja migran, terutama yang bekerja di sektor konstruksi.
Sehari sebelumnya, MOH juga merilis 942 kasus baru di negara yang jaraknya sepelemparan batu dari Kota Batam itu.
Kementerian Kesehatan Singapura mengumumkan klaster baru sejak Sabtu. Tiga dari empat klaster adalah dormitori sehingga 22 dari 43 asrama pekerja menjadi klaster aktif.

Asrama S11 yang berada di Punggol menjadi klaster dengan kasus terbanyak dengan 144 kasus. Saat ini kasus tersebut terkait dengan 1.123 kasus lain.
Kementerian Tenaga Kerja Singapura mengumumkan bahwa semua pemegang izin kerja dan pemegang S Pass di sektor konstruksi akan diisolasi.
“Pelacakan kontak menunjukkan bahwa transmisi di tempat kerja konstruksi mungkin telah berkontribusi pada peningkatan jumlah kasus,” kata kemementerian.
• 9 Orang Tewas Tertimbun Saat Mendulang Emas di Solok Selatan, Ada yang Satu Keluarga
• Walau Gentar Terjangkit Corona, Warga Batal Blokir Jalan, Tanjungpinang Siapkan 3.000 Sembako Murah
Meskipun Singapura sudah menutup sebagian besar pintu masuk dan memaksa bar dan restoran tutup, namun negara itu tidak menerapkan lockdown.
Namun, setelah naiknya kasus secara masif, Perdana Menteri Singapura Lee Hsien Long kemudian memutuskan penguncian di sejumlah titik atau kawasan.
PM Lee prihatin, negara kecil berpenduduk 5,8 juta itu memiliki jumlah kasus yang hampir sama dengan negara tetangga yang berpenduduk jauh lebih besar seperti Filipina dan Indonesia serta Malaysia.
meski demikian, penanganan Covid-19 di Singapura termasuk yang dipuji di dunia karena rendahnya angka kematian, hanya 11 orang serta tingginya tingkat kesembuhan, 740 orang sejak 23 januari lalu.
Pandemi Covid-19 telah menginfeksi lebih dari 2,2 juta orang di seluruh dunia sehingga para ahli kembali mempertanyakan keseriusan pemerintah dan masyarakat dunia menghentikan penyebaran virus mematikan tersebut.
National Center for Infectious Diseases (NCID), lembaga yang bertanggung jawab menangani para pasien Covid-19 di Singapura, mengerahkan setidaknya 400 dokter –di beberapa rumah sakit rujukan– sejak kasus itu dikonfirmasi Singapura pada 23 Januari lalu.

Berikut lonjakan kasus Covid-19 di Singapura dalam beberapa hari terakhir menurut data Worldometers:
Minggu (19/4): 596
Sabtu (18/4): 942
Jumat (17/4): 623
Kamis (16/4): 728
Rabu (15/4): 447

Pekerja Migran Cemas

Kementerian Tenaga Kerja Singapura mengatakan, tingginya kasus Covid-19 di kalangan pekerja migran mencapai 1 persen dari total pekerja migran, 323 ribu orang.

Kini, seluruh pekerja migran di dormitori dilarang keluar dari mess mereka dengan alasan apapun dan pemerintah mewajibkan perusahaan tempat mereka bekerja untuk mensuplai seluruh kebutuhan pekerjanya.

Para pekerja migran di negara itu mengaku berada dalam kondisi yang bingung karena mereka tidak bisa bekerja, sementara keluarga mereka di negara asal, sangat mengharapkan kiriman untuk mereka.
Dalam wawancara dewngan Channel News Asia, seorang pekerja migran asal bangladesh mengatakan bahwa keluarganya juga stres mendengar dirinya kini tak bisa bekerja. Pasalnya, negara asalnya juga sedang dalam kondisi yang sama.
“Di Bangladesh wabah virus ini juga terus bertambah sehingga mereka takut,” katanya kepada CNA.
“Kami awalnya tidak memberi tahu keluarga, namun ada juga yang terpaksa mengaku bahwa mereka positif.”
“Saya tidak memberi tahu mereka, karena mereka akan menangis … Saya tidak cemas dengan kondisi saya, tetapi saya merasakan cemasnya keluarga saya di sana. Ini bukan tentang saya karena karena saya aman di Singapura dan pemerintah di sini membantu merawat saya.”

Ia juga menceritakan bagaimana mess tempat ia bekerja bisa tertular. Mereka bisa saja terkena saat bekerja atau ada rekannya yang saling berkunjung.(TRI)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *