Virus Corona Jatuhkan Rupiah Hingga Rp 17 Ribu Per Dolar AS
Jurnal123.com – Dampak virus Corona terus menyebabkan rupiah terpuruk atas dolar Amerika Serika (AS).
Bahkan di awal pekan ini, Senin (23/3) telah menyentuh Rp16.550 per dolar AS pada pembukaan perdagangan di pasar uang antar bank Jakarta. Pelemahan nilai tukar ini diantisipasi bank-bank nasional, baik swasta maupun BUMN. Tidak sedikit bank yang menjual dolar di atas Rp17.000 per dolar AS.
Bank Indonesia sendiri hari ini menetapkan kurs transaksi beli seharga Rp16.524 dan jual RpRp16.691 per dolar AS. Adapun kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR) ditetapkan sebesar Rp16.608 per dolar AS.
Sementara bank-bank nasional sudah ada yang menjual dolar AS jauh di atas angka Rp17.000. Di bank-bank, paling rendah dolar AS dijual di harga Rp16.710. Sedangkan paling mahal di angka Rp17.135
Berikut kurs jual beli dolar AS (bank notes) di sebelas bank pada Senin siang:
Bank BCA : Rp16.480 (beli) dan Rp16.980 (jual)
Bank Mayapada : Rp16.460 (beli) dan Rp17.135 (jual)
Bank BNI : Rp16.100 (beli) dan Rp16.900 (jual)
Bank Mandiri : Rp16.195 (beli) dan Rp16.995 (jual)
Bank CIMB Niaga : Rp16.300 (beli) dan Rp17.000 (jual)
Bank OCBC NISP : Rp16.520 (beli) dan Rp17.020 (jual)
BRI : Rp16.565 (beli) dan Rp17.135 (jual)
Bank Permata : Rp16.275 (beli) dan Rp17.025 (jual)
Bank Mega : Rp15.790 (beli) dan Rp16.710 (jual)
Bank Danamon : Rp16.420 (beli) dan Rp16.920 (jual)
BTN : Rp16.300 (beli) dan Rp17.130 (jual)
Direktur Utama PT TRFX Garuda Berjangka Ibrahim Assuaibi menyatakan pelemahan rupiah yang di pasar uang menembus Rp16.550 per dolar AS cukup wajar dalam kondisi seperti saat ini. Menurutnya, perekonomian dunia juga ikut terimbas akibat COVID-19.
“Wajar kalau seandainya virus corona terus bertambah secara global terutama di Eropa, Spanyol, sampai Amerika Latin ini mengakibatkan ekonomi global kembali lagi terpuruk,” katanya.
Sementara itu dikutip dari Antara, Kepala Riset Monex Investindo Futures Ariston Tjendra di Jakarta, Senin, menegaskan, rupiah kemungkinan bisa tertekan lagi hari ini mengikuti sentimen negatif yang membayangi pergerakan aset berisiko pagi ini seperti indeks saham futures AS, indeks saham Australia, Nikkei (Jepang) dan Kospi (Korea Selatan) yang bergerak negatif serta sebagian mata uang Asia yang melemah terhadap dolar AS.
Menurut Ariston, kekhawatiran terhadap peningkatan penyebaran wabah COVID-19 ditambah dengan stimulus pemerintah AS senilai 1,3-2 triliun dolar yang belum mencapai kata sepakat dengan senat AS, menjadi penyebab sentimen negatif tersebut.
WHO sendiri masih terus melaporkan peningkatan kasus penularan wabah COVID-19 di dunia dengan lebih dari 294 ribu positif.
Sementara itu, pasar masih menunggu kabar kesepakatan stimulus pemerintah AS malam ini. Bila sepakat, lanjut Ariston, bisa membantu memberikan sentimen positif ke pasar keuangan karena stimulus yang besar.
“Pergerakan dolar-rupiah hari ini masih berpotensi untuk naik mendekati level tertinggi Juni 1998 di Rp16.850 dengan potensi support di kisaran Rp15.900,” ujar Ariston.(TIM)