NusantaraPeristiwa

Kapolri Sebut Kerusuhan di Wamena Didesain untuk Tarik Perhatian PBB

Kapolri Jenderal Tito Karnavian (tengah) berjalan memasuki Rumah Sakit Bhayangkara Polda Jawa Timur, Surabaya, Jawa Timur, Senin (19/8) 2019. (Vecky Ngelo).

Jurnal123.com – Aksi kerusuhan yag terjadi di Wamena, Papua Senin (23/9/2019), itu adalah titipan nampak tak lepas dari agenda United Liberation Movement for West Papua (ULMWP) pimpinan Benny Wenda.  Ini didesain  untuk tarik perhatian PBB.

Kapolri Jenderal Pol Tito Karnavian ditemui di Kementerian Koordinator Politik, Hukum, dan Keamanan (Kemenko Polhukam), Jakarta Pusat, Selasa (24/09/2019) mengatakan  kerusuhan yang terjadi di Wamena, Papua, Senin (23/9/2019), tak lepas dari agenda United Liberation Movement for West Papua (ULMWP) pimpinan Benny Wenda. ” Benny dan kelompoknya ingin kerusuhan di Wamena menjadi perhatian pada momen sidang Komisi Tinggi HAM dan sidang Majelis Umum Persatuan Bangsa-Bangsa ( PBB) yang sedang berlangsung di New York, Amerika Serikat,” ujarnya.

Untuk itu,  Tito  menjelaskan dan menduga, ada kesengajaan untuk memunculkan isu pelanggaran HAM terhadap masyarakat Papua, di tengah pelaksanaan sidang PBB tersebut. “Ada upaya-upaya dari pihak yang berada di luar negeri, yaitu kelompok ULMWP (United Liberation Movement for West Papua) pimpinan Benny Wenda yang menghendaki agar di Papua atau di Indonesia dibuat gerakan yang bisa memancing media nasional maupun internasional khususnya,” jelasnya.

Selanjutnya, Tito  merinci sehingga dapat digunakan sebagai amunisi pada saat melaksanakan upaya diplomasi bahwa untuk membranding adanya pelanggaran HAM di Papua.” Untuk melaksanakan agendanya, Benny Wenda menggunakan jaringan kelompok separatis yang ada di dalam negeri, yaitu Komite Nasional Papua Barat (KNPB), yang tersebar di beberapa kota di Indonesia,” rincinya.

Lebih lanjut,  Tito mengungkapkan Saya tidak menyatakan bahwa semua saudara-saudara kita masyarakat Papua adalah bagian dari mereka (KNPB) tidak, tapi ini adalah kelompok kecil. “Kerusuhan yang terjadi di Wamena itu juga berkaitan erat dengan peristiwa serupa yang sebelumnya terjadi di Surabaya, Malang, Sorong, Manokwari, dan Jayapura,” ungkapnya.

Seiring dengan itu, Tito menegaskan hingga Selasa (24/9/2019), 27 orang dinyatakan meninggal dunia akibat kerusuhan Wamena.

Situasi di Wamena saat ini sudah terkendali. Akan tetapi, polisi masih mengantisipasi agar situasi tak lagi memanas. “Kami waspada sehingga kami menambah pasukan.Tadi pagi kami menambah pasukan lagi, tak perlu disebutkan berapa yang penting kita perkuat keamanan di sana,” tegsnya.(Vecky Ngelo)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *