RI Setop Impor Solar

Jurnal123.com – Defisit migas disebut sebagai faktor yang meningkatkan defisit transaksi berjalan (CAD) pada kuartal I-2019.
Menko Bidang Perekonomian Darmin Nasution mengatakan, untuk menekan CAD, Pertamina siap untuk menghentikan impor solar dan avtur mulai Mei ini.
Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi (Migas) Kementerian ESDM Djoko Siswanto mengonfirmasi hal tersebut. Ia menuturkan, impor Solar untuk CN 48 sudah disetop.
“Iya, solar CN (Cetane Number) 48 ya,” ujar Djoko seperti dilansir CNBC Indonesia, Jumat (10/5/2019).
Memang, sebelumnya, Djoko sudah menyebutkan, produksi solar dalam negeri sudah cukup memenuhi kebutuhan domestik, penyebabnya adalah program B20 yang berjalan dengan baik.
Impaknya, kata Djoko, kini solar sudah tidak diimpor lagi.
“Solar sudah tidak impor,” kata Djoko, di Jakarta, Jumat (3/5/2019)
Ditemui di kesempatan terpisah, VP Corporate Communication PT Pertamina (Persero) Fajriyah Usman menuturkan, saat ini pasokan solar dengan kebutuhan dalam negeri sudah berimbang. Namun, Pertamina masih memiliki kontrak jangka panjang pengadaan solar, sehingga meski pasokan dalam negeri sudah cukup, impor solar tidak bisa langsung dihentikan.
“Masih balance, cuma begini, kontrak kan ada yang longterm, kalau link internasional tak bisa langsung stop. Tetapi itu secara kebutuhan dan produksi sudah cukup,” tandasnya.
Untuk avtur, Djoko bilang bukan disetop, hanya memang kebutuhan dalam negeri sudah bisa dipenuhi, sehingga belum butuh impor lagi.
“Bukan disetop, tapi kebutuhan dalam negeri sudah bisa dicukupi dari produksi kilang dalam negeri Pertamina,” pungkas Djoko.
Kendati demikian, Pertamina telah menghentikan impor bahan bakar jet atau avtur sejak Januari lalu karena turunnya permintaan dari maskapai yang telah dikritik karena tingginya tarif penerbangan.
VP Industrial Fuel Marketing Pertamina Eldi Hendry mengatakan, permintaan avtur dari maskapai memang telah turun sejak Januari.
“Frekuensi penerbangan jadi lebih rendah sekarang, sehingga kami memutuskan untuk menghentikan impor sejak Januari. Oleh sebab itu, stok avtur kami sekarang bisa bertahan selama 42 hari, sementara tahun lalu hanya bisa bertahan selama 30 hari,” jelas Eldi saat dijumpai di Jakarta, Senin (29/4/2019).
Eldi mengatakan, rendahnya konsumsi avtur terlihat di Bandara Internasional Soekarno-Hatta di Cengkareng, Banten, dan Indonesia Barat.
“Sementara itu untuk Indonesia bagian timur, seperti Bali, sedikit lebih baik sebab daerahnya sangat tergantung pada transportasi udara karena karakteristik kepulauan mereka,” katanya.
Sebagai contoh, konsumsi avtur Garuda Indonesia Group pada kuartal I 2019 berada di 623,8 juta liter atau 15,2% lebih rendah dari periode yang sama tahun lalu yang mencapai 736,3 juta liter.
Adapun, berdasarkan data Pertamina, rata-rata penjualan avtur perusahaan pada 2019 secara year-to-date (ytd) adalah 13.414 kilo liter (kl) per hari atau 14,04% lebih rendah dari jumlah tahun lalu yang ada di 15.606 kl per hari.(CNB)