Polri Tegaskan Penegakan Hukum di Lakukan di Nduga Menjamin Keamanan

Jurnal123.com – Penindakan hukum yang dilakukan oleh TNI Polri Nduga terus mendapat kecaman isu murahan terkait HAM nasional dan internasional. Kehadiran TNI Polri justru memberikan rasa aman bagi masyarajat Nduga Papua.
Polisi menyatakan bahwa kabar Tim Evakuasi Kemanusiaan dari Pemerintah Daerah Nduga, Papua disandera oleh pasukan TNI/Polri di Distrik Yigi, Nduga hanya bagian dari propaganda yang dilempar oleh Organisasi Papua Merdeka (OPM).
Kepala Biro Penerangan Masyarakat (Karopenmas) Divisi Humas Polri Brigadir Jenderal Dedi Prasetyo mengatakan berdasarkan klarifikasi Kepala Bidang (Kabid) Humas Polda Papua Komisaris Besar Ahmad Musthofa Kamal, dinyatakan kabar tersebut tidak berdasar.
“Saya sudah coba klarifikasi ke Kabid Humas Polda Papua, itu adalah isu isu propaganda yang dilakukan kelompok mereka (OPM). Jadi tidak ada dan tidak mendasar,” kata Dedi saat memberikan keterangan pers di Mabes Polri, Jakarta Selatan, Kamis (3/1).
Juru Bicara Tentara Pembebasan Nasional Papua Barat (TPNPB) OPM, sebelumnya mengatakan Tim Evakuasi Kemanusiaan dari Pemda Nduga yang di dalamnya juga diisi Wakil Ketua I DPRD Nduga Alimi Gwijangge dan Wakil Ketua II DPRD Nduga Dinar Kelnea disandera oleh pasukan TNI/Polri di Distrik Yigi.
Dia mengatakan Tim Evakuasi Kemanusiaan dari Pemda Nduga disandera pada 29 Desember 2018 saat bertolak dari Distrik Mbua ke Distrik Yigi untuk mengumpulkan masyarakat Yigi, Nitkuri, dan Mugi yang lari ke hutan setelah terjadi peristiwa penembakan antara TNI/Polri dan TPNPB.
Dedi menerangkan, Gubernur Papua Lukas Enembe telah mengklarifikasi bahwa mendukung langkah-langkah TNI/Polri dalam melakukan upaya penegakan hukum terhadap Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB). Namun, lanjutnya, langkah itu diharapkan ditempuh dengan tidak menciptakan kondisi yang membuat masyarakat merasa takut.
Dari imbauan itu, lanjutnya, aparat gabungan TNI/Polri melakukan pendekatan-pendekatan yang bersifat humanis, seperti membentuk Satuan Tugas Pembinaan Masyarakat (Satgas Binmas) Noken.
“Pendekatan kami juga bukan pendekatan represif, tapi humanis juga, seperti Satgas Binmas Noken dalam rangka memberikan edukasi ke masyarakat, mengembangkan pertanian dan peternakan,” kata jenderal bintang satu itu.
Bantah Pakai Bom Fosfor
Mantan Wakapolda Kalimantan Tengah itu juga membantah aparat gabungan TNI/Polri menggunakan bom fosfor dalam perburan pelaku pembunuhan sejumlah pekerja di Nduga.
Menurut dia, aparat gabungan TNI/Polri hanya menggunakan granat asap dan gas air mata.
Sebelumnya, surat kabar di Australia, The Saturday Paper, memberitakan militer Indonesia menggunakan bom fosfor untuk mengejar pelaku pembunuhan pekerja di Nduga.
Lihat juga: Solidaritas Papua: Jokowi Beri ‘Kado Natal’ Kekerasan Nduga
Dalam berita berjudul Exclusive: Chemical weapons dropped on Papua yang tayang pada 22 Desember 2018, dilaporkan bukti militer Indonesia menggunakan bom fosfor tampak dari tubuh korban yang mengalami luka bakar di seluruh tubuhnya. Tujuh orang tewas dalam operasi itu. Ribuan orang melarikan diri ke kawasan puncak.
Dedi menerangkan, informasi yang diungkap The Saturday Paper tersebut tidak lewat proses verifikasi dan klarifikasi terhadap aparat TNI/Polri yang berada di lokasi lebih dahulu.
Dedi berkata, pihaknya juga telah mengklarifikasi dan menunjukkan benda-benda yang digunakan dalam perburuan pelaku pembunuhan pekerja di Nduga dalam menyikapi berita tersebut.
“Bukti yang ditunjukkan oleh media mereka sudah diklarifikasi. Tidak ada bom mematikan. Itu granat asap dan gas air mata,” tuturnya.
Lihat juga: Kapolri Instruksikan Gencatan Senjata di Papua Selama Natal
Sorotan media asing,Dedi membantah begini kita klarifikasi juga baik ke Kapendam maupun ke Humas. Dari korespomden yang ada di australia tiak perna mengklarifikasidan mengkonfirmasi kepada aparat TNI Polri yang ada disana. “Faktanya itu adalah granat asap sama juga dengan gas air mata.Kalau bom foksfor bisa saja yang mati bukan hanya KKB tetapi masyarakat sekitar bisa meninggal dunia minimal bisa cacat,” .bantahnya
Jadi, Dedi menambahkan dampaknya sanga jauh itu tidak sesuai dengan fakta. Sudah dikalrifikasi dan semua ada bukti-bukti semuanya. Bukti yangmditunjukan oleh media mereka tidak dimilikim oleh TNI POlri ini standar operasi yang digunakan.” Tidak ada bom-bom sifatnya mematikan.dan tidak ada peralatan ang mematikan. Itu Granat asap dan granat gas air mata, ” Tambahnya.( Vecky Ngelo)