Istri Petinggi ISIS Asal Bekasi Minhati Madrais Ditangkap Aparat Filipina

JURNAL123, MARAWI.
Kepolisian Filipina menyatakan telah membekuk Minhati Madrais, seorang warga Indonesia yang merupakan istri Omarkhayam Maute—salah satu petinggi ISIS di Filipina yang sempat menguasai Kota Marawi.
Madrais, asal Kecamatan Babelan, Kabupaten Bekasi, Jawa Barat, dilaporkan ditangkap setelah kepolisian merazia rumahnya di Iligan City, Mindanao utara, pada Minggu (05/11/2017) pagi waktu setempat.
Aparat, sebagaimana dilansir CNN Philippines, menemukan sejumlah komponen bom, seperti empat pin detonator, dua kabel detonator, dan jam khusus.
Iklan
Sebanyak enam anak, dua putra dan empat putri yang merupakan buah perkawinan Omarkhayam Maute dan Madrais, dibawa ke kantor polisi untuk ditangani departemen kesejahteraan sosial.
Perwira kepolisian Iligan, Leony Roy Ga, mengatakan Madrais memegang paspor Indonesia yang kadaluarsa pada September 2016. Adapun perempuan tersebut diketahui tiba di Filipina pada 2012 lalu.

Omarkhayam Maute, salah satu pemimpin kelompok Maute yang bersumpah setia kepada ISIS, tewas dibunuh dalam operasi militer di Marawi pada 16 Oktober. Petinggi ISIS di Filipina lainnya, Isnilon Hapilon, tewas pada hari yang sama.
Bertemu di Mesir
Omarkhayam Maute bertemu dengan Minhati Madrais pada 2008 saat keduanya berstatus sebagai mahasiswa Universitas Al-Azhar di Kairo, Mesir.
Setelah menikah, keduanya sempat bermukim di Kecamatan Babelan, Kabupaten Bekasi selama dua tahun mulai 2010. Madrais diketahui merupakan putri pimpinan pondok pesantren Darul Amal di Babelan, KH Madrais Hajar.
Oleh mertuanya, Omarkhayam diminta menjadi guru di pondok pesantren Darul Amal. Namun, selang dua tahun kemudian, Omarkhayam mengajak istrinya ke Filipina.
Densus 88 Akan Ke Filipina.
Kepala Divisi Humas Polri Irjen Setyo Wasisto mengatakan Kepolisian Republik Indonesia (Polri) melalui Datasemen Khusus 88 Antiteror akan melakukan koordinasi dengan otoritas Filipina terkait penangkapan seorang WNI asal Bekasi, Minhati Madrais yang merupakan istri pimpinan teroris, Omarkhayam Maute di Iligan City pada 5 November 2017.
“Yang bersangkutan bersama 6 orang anak. Ada 4 perempuan dan 2 laki-laki. Sementara sekarang masih diamankan di Kantor Polisi Iligan Filipina,” kata Setyo di Mabes Polri, Jakarta, Senin, 6 November 2017.
Densus 88 direncanakan akan mendalami berbagai data-data di Indonesia untuk kemudian melakukan pendalaman data di Filipina.
“Lebih cepat lebih bagus. Kemungkinan paling cepat minggu depan. Karena sekarang sedang melakukan pendalaman dulu ya,” ujar Setyo.
Polri, kata Setyo, masih harus menunggu otoritas Filipina melakukan pemeriksaan terhadap Minhati Madrais. Setelah itu, Densus 88 Polri akan melakukan koordinasi informasi dengan otoritas Filipina terkait aktivitasnya di Marawi.
“Nanti Densus akan ke sana koordinasi dengan otoritas Filipina. Kami ingin melihat sejauh mana kedalaman atau peran dari yang bersangkutan di dalam kegiatan-kegiatan di sana,” katanya.
Menurut Setyo, Polri menduga Madrais berangkat ke Filipina melalui jalur ilegal atau memalsukan lokasi keberangkatannya melalui kota lain di Filipina sebelum masuk ke Marawi. Madrais diduga telah beberapa kali masuk ke wilayah Filipina sejak lama, meskipun Madrais sempat tercatat secara resmi memasuki Filipina pada tahun 2015.
“Tapi, kalau dilihat anaknya sudah 6 pasti dia lebih lama dari itu. Ini logika saja, kalau masuk 2015 terus sudah punya anak 6 itu kan nggak mungkin. Pasti sudah lama,” kata Setyo.
Dari informasi yang diperoleh Polri, pada saat penangkapan Madrais, kepolisian dan militer setempat menemukan beberapa komponen yang bisa dijadikan bahan peledak.
“Bukan alat perakitan bom, ada bagian-bagian dari peledak yang bisa digunakan untuk membuat bahan peledak. Jadi, ada bagian ya, bukan perakit bom,” kata dia.
Di sisi lain, Polri juga akan menjalin koordinasi dengan Kementerian Luar Negeri RI terkait dengan upaya perlindungan Madrais sebagai WNI. Meskipun demikian, Polri dan Kemenlu akan melihat keterlibatan Minhati Madrais di Marawi.
“Tetap dilindungi negara tapi kita lihat dulu konteksnya seperti apa. Mungkin di sini akan kita proses hukum juga,” ujar Setyo.(BBC/TEM)