Nusantara

Jokowi Batal Diberikan ‘Tongkat Soekarno’

 Bupati Kaimana Matias Mairuma (kanan) menunjukkan "Tongkat Soekarno" dari kayu timomor berbalut emas kepada Pastor John Bunay di Sekretariat Pesparawi XII se-Tanah Papua, Senin (18/9). Tongkat komando itu batal diserahkan ke Presiden Joko Widodo karena tidak hadir membuka Pesparawi. (Suara Pembaruan /Yuliantino Situmorang)

Bupati Kaimana Matias Mairuma (kanan) menunjukkan “Tongkat Soekarno” dari kayu timomor berbalut emas kepada Pastor John Bunay di Sekretariat Pesparawi XII se-Tanah Papua, Senin (18/9). Tongkat komando itu batal diserahkan ke Presiden Joko Widodo karena tidak hadir membuka Pesparawi. (Suara Pembaruan /Yuliantino Situmorang)

JURNAL123, KAIMANA.
Ketidakhadiran Presiden Joko Widodo pada kegiatan Pesparawi se-Tanah Papua menjadikan sejumlah agenda seremonial tidak dapat terlaksana.

Salah satunya masyarakat Kaimana batal menyerahkan “Tongkat Soekarno” kepada Presiden Joko Widodo (Jokowi). Tongkat itu dibuat dari kayu timomor, kayu istimewa dari gunung batu di Kaimana yang pernah digunakan Presiden Soekarno untuk membuat tongkat komandonya.

“Tongkat ini bentuk kecintaan kami kepada pemimpin. Tetapi batal kami berikan karena Presiden batal hadir membuka Pesparawi,” ujar Bupati Kaimana Matias Mairuma kepada SP di sela-sela persiapan penutupan Pesta Paduan Suara Gerejawi (Pesparawi) XII se-Tanah Papua di Kaimana, Papua Barat, Senin (18/9/2017).

Ia menjelaskan, tongkat itu akan diberikan kepada Jokowi untuk merefleksikan kembali sejarah bangsa Indonesia.

Matias mengisahkan, tongkat itu dinamakan Tongkat Soekarno karena memang bahan baku yang sama yang digunakan Soekarno untuk tongkat komandonya.

Ada cerita menarik mengapa kayu timomor digunakan Soekarno sebagai bahan baku tongkat komandonya itu. Kisah leluhur yang disampaikan orang tua-tua yang berdiam di sepanjang pantai di wilayah Mairasi dan Pulau Namatota mengisahkan tentang pohon timomor yang digunakan sebagai obat sampai saat ini.

Konon, saat ditahan Belanda di Boven Digoel, Papua, Soekarno bertemu seorang pria tua asal Kaimana. Pria itu juga sedang dalam penahanan. Suatu ketika, Soekarno jatuh sakit, pria tua itu lalu memberi obat irisan kayu timomor yang direndam air panas.

Bagi orang Kaimana, kayu timomor memang manjur untuk obat berbagai penyakit. Makanya tak heran saat itu banyak orang Kaimana ketika berpergian membawa kayu tersebut, termasuk orang tua yang bertemu dengan Soekarno itu.

Saat sembuh, Soekarno sangat terkesan. Kayu itu ia bawa dan dijadikan tongkat dengan ukiran kepala burung garuda.

“Kayu timomor sangat spesial. Pohonnya tumbuh di atas batu cadas, proses kehidupan pohon ini sulit, makanya kayunya memberikan hasil yang luar biasa, berkhasiat untuk obat,” tutur Matias.

Matias mengatakan, ia menyiapkan tongkat serupa untuk diserahkan kepada Presiden Jokowi jika hadir di acara pembukaan Pesparawi. Di pucuk tongkat itu, terukir kepala garuda dan empat bintang. Ukiran itu disepuh emas 10 gram. Namun, tongkat itu batal diberikan karena saat acara pembukaan 15 September, Jokowi tidak hadir.

Padahal, dengan diberikannya tongkat itu, Presiden sebenarnya tidak perlu ragu lagi dengan Papua. Apalagi, tongkat itu diberikan saat puluhan ribu peserta dan pendamping Pesparawi dari berbagai kabupaten/kota dari dua provinsi di Papua dan Papua Barat berkumpul di Kaimana. Belum lagi, seluruh bupati dan walikota hadir di perhelatan akbar empat tahunan itu.

Rencananya, karena batal diserahkan ke Presiden Jokowi, tongkat itu akan disimpan di Kantor Pemda Kaimana sebagai bukti ketidakhadiran Presiden.

Matias menambahkan, Panitia Pesparawi XII se-Tanah Papua akan membuat tongkat serupa untuk diserahkan kepada Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo. Ia menilai, Panglima TNI telah banyak membantu terselenggaranya Pesparawi XII dengan mengerahkan kapal dan pesawat herkules TNI untuk mengangkut puluhan ribu peserta dan pendamping Pesparawi dari pegunungan-pegunungan dan pesisir-pesisir di seluruh pelosok Papua di 42 kabupaten/kota.

Simbol Kasih Papua

Sementara itu, tokoh agama Papua yang juga Direktur Spiritual St Yohanes Paulus II Papua Pastor John Bunay Pr mengatakan, rencana pemberian tongkat itu merupakan bahasa simbol kecintaan rakyat Papua. Tentu kisah itu akan ditularkan turun-temurun ke anak cucu. Namun, momen emas itu tidak dimanfaatkan Jokowi.

“Kalaupun diberi di waktu lain, jelas akan berbeda. Karena saat acara pembukaan Pesparawi itulah, seluruh energi rakyat Papua ada di sana. Presiden telah gagal merebut hati orang Papua. Masyarakat Papua kecewa,” tukas John.

Menurut John, pemberian tongkat sebagai simbol rakyat Papua menyerahkan hati dan pikirannya, serta seluruh energinya kepada pemimpin. Namun, pemberian itu tidak sampai karena Presiden tidak mengindahkan rakyat Papua. Padahal, rakyat Papua butuh kehadiran Presiden yang dianggap sebagai “Bapak” bagi orang Papua.

“Kami tidak tersentuh dengan pembangunan jalan ataupun jembatan, karena memang itu uang kami. Kami akan tersentuh jika hati kami yang disentuh, dimanusiakan,” tutupnya.(OKE)

Sumber: Suara Pembaruan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *