Tradisi Cap Go Meh
JURNAL123, BUDAYA.
Cap Go Meh atau Hokkien adalah hari masa perayaan Tahun Baru Imlek bagi komunitas Tionghoa di seluruh dunia. Istilah ini berasal dari dialek Hokkien dan secara harafiah berarti hari kelima belas dari bulan pertama (Cap = Sepuluh, Go = Lima, Meh = Malam). Ini berarti, masa perayaan Tahun Baru Imlek berlangsung selama lima belas hari.
Cap Go Meh digelar sebagai penutup tahun baru Imlek yang selalu dilakukan di hari ke-15 setelah Tahun Baru Imlek. Hari ke-15 ini juga merupakan tengah bulan pembukaan kalender lunar atau bulan purnama pertama dalam kalender baru lunar.
Festival ini sudah dilakukan selama ribuan tahun lalu. Khususnya Tiongkok yang setiap sudutnya akan dipenuhi dengan lampion dengan nama perayaan Festival Lampion. Sementara di berbagai negara, penduduk bisa menyaksikan berbagai perayaan dengan atraksi dan kesenian khas Tionghoa.
Di Tiongkok, perayaan Festival Lampion sekaligus menandai datangnya Musim Semi. Pada perayaan ini, penduduk akan menerbangkan ribuan lampion ke langit yang diterangi dengan bulan purnama.
Pada zaman Tiongkok Kuno, orang-orang perayaan hari ke-15 dalam kalender lunar ini juga disebut sebagai Hari Valentine versi mereka. Di hari penutup Imlek ini, semua mitos-mitos yang berlaku sejak malam Tahun Baru akan berakhir.
Dikutip Telegraph, Sabtu (11/2/2017) Festival Lampion di Tiongkok telah dilakukan sejak zaman Dinasti Han sekira 2.000 tahun yang lalu. Kok, Kaisar Hangmindi yang memerintah di abad pertama melihat Biksu Buddha yang menyalakan dan menerbangan lentera di hari ke-15 Imlek untuk memberi hormat pada Sang Buddha.
Sejak saat itu, Kaisar Hangmindi memerintahkan penduduk untuk melakukan tradisi tersebut di Istana Imperial. Meski lampion menjadi salah satu ikon dalam hari penutup Imlek, beberapa atraksi tak kalah menarik lainnya dipertontonkan kepada publik. Di Indonesia sendiri, perayaan Cap Go Meh tidak lepas dari pertunjukan Barongsai, Liong, dan atraksi khas Tionghoa lainnya.(TEL)