Kemenangan Trump, Harapan Warga AS & Kecemasan Dunia.
Oleh : Jimmy Endey
Lewat proses pemilihan presiden yang begitu ketat dan sangat fenomenal, pria kelahiran 14 Juni 1946 di Queens New York, Donald John Trump akhirnya terpilih menjadi Presiden Amerika Serikat (AS) ke-45. Trump yang mengalahkan pesaingnya Hillary Clinton dengan angka tidak terlalu jauh 276 vs 218.
Kemenangan suami Melania Trump ini sungguh diluar dugaan beberapa pengamat. Bahkan pria yang sangat kontroversial ini kurang disukai sebagian kalangan termasuk warga AS, meski tidak keseluruhan, bahkan ironisnya para politisi Partai Republik yang menjadi kendaraan politik bagi Trump, sebahagian besar kurang menyukai putra dari Fred Trump ini karena ucapannya yang blak-blakan sehingga terkesan tidak beretika. Namun pada akhirnya, harus mengakui hasil yang menunjukan masih lebih banyak warga AS memilih pria yang memiliki tiga bersaudara ini.
Latar belakang kemenangan Trump patut di teliti lebih jauh. Dalam kampanye Trump selalu menonjolkan dominasi kepentingan warga. Isu nasionalis yang dijual Trump untuk menarik simpati warga AS ternyata berhasil.
Didukung kondisi ekonomi negeri Paman Sam yang lagi lesu, isu anti perdagangan bebas, terapkan ratusan persen pajak untuk produk-produk asing, orientasi yang anti imigran, anti produk luar negeri, menjadi pemikat warga AS untuk memilih Trump. Lebih jauh, pria yang telah tiga kali menikah ini memaparkan bahwa dengan melakukan pembatasan terhadap para imigran akan memberikan banyak kesempatan kerja bagi warga AS kulit putih. Dengan demikian, angka tenaga kerja di AS meningkat dan pengangguran berkurang. Daya pikat dalam kampanye tersebutlah yang mendorong warga asli AS memilihnya.
Ditinjau dari aspek ekonomi, janji Trump juga amat menggiurkan. Kebijakan anti perdagangan bebas yang bakal diterapkan Trump akan memicu peningkatan ekonomi dalam negeri. Meski membatasi gerak perekonomian global akan berdampak negara di luar AS sulit melakukan kerja sama perdagangan dengan AS. Tapi hal tersebut menguntungkan bagi usaha dalam negeri yang berimbas pada peningkatan ekonomi warga. Pada prakteknya nanti AS akan menjadi musuh dunia ekonomi global.
Ekonom Senior Emil Salim menyebutkan, Trump akan menerapkan kebijakan yang konservatif. Langkah awal yang akan dilakukan Trump adalah menghapuskan keberadaan Kerja Sama Asia Pasifik atau Trans Pacific Partnership (TPP). Ekonomi AS bakal berubah menjadi konservatif. Produk-produk luar negeri akan dibatasi dengan dikenakan bea masuk yang tinggi agar produk-produk AS tidak kalah bersaing. Emil memaparkan bahwa sasaran AS itu free trade akan mengalami perubahan, akan lebih konservatif, lebih melihat pada kepentingan AS, namun bagi dunia sangat buruk.
Bagaimana dengan kebijakan lainnya yang diperkirakan menarik perhatian warga AS?
Sikap Trump yang menonjolkan bahwa AS merupakan negara besar dan memiliki kemampuan menjadi agresor militer kelihatannya menjadi daya tarik tersendiri. Bahkan dengan mengagumi pemimpin Rusia, Vladimir Putin, Trump sempat membandingkan Obama yang masih dibawah Putin.
Pada suatu kesempatan Donald Trump menyebut Presiden Rusia Vladimir Putin sebagai pemimpin yang jauh lebih baik daripada Presiden Barack Obama. Ini bukan pertama kalinya, Trump yang memang sering memuji Putin.
“Sungguh seorang pemimpin,” ucap Trump soal Putin dalam wawancara ‘Commander in Chief Forum’, seperti dilansir AFP, Kamis (8/9/2016). Dalam wawancara itu, Trump dan capres Partai Demokrat Hillary Clinton ditanyai secara terpisah soal mandat militer dan keamanan nasional.
Hal yang sama juga pernah dilontarkan Putin dengan memuji pengusaha real estate asal New York itu sebagai sosok yang ‘sangat luar biasa’.
Secara psikoligis, warga AS mendambakan seorang pemimpin yang tegas dan berani. Mereka menilai pemimpin Rusia saja yang negaranya telah terpecah namun masih memiliki idealisme dan keberanian mengangkat harkat negaranya di mata dunia khususnya mengenai kekuatan militer, meski negara tersebut sudah tidak seberapa dibandingkan AS yang unggul dalam segala hal. Kedekatan dengan Rusia ini menjadi kekhawatiran tersendiri bagi negara-negara lain.***