Pelaku Bom Mapolresta Surakarta Buronan Teroris
JURNAL123, SOLO.
Nur Rohman, terduga tunggal kasus peledakan bom bunuh diri di Mapolresta Surakarta pada Selasa pagi tadi, tenyata sudah hampir setahun meninggalkan keluarganya. Istri dan kedua anaknya, tidak ada jaminan ekonomi sepeninggal Nur meninggalkan mereka untuk mengikuti prinsip yang dipegangnya.
Semenjak menikah, pasangan Nur Roman dan Siti Aminah tinggal di rumah milik orang tuanya di Kampung Sangkrah RT 1 RW 12, Kelurahan Sangkrah, Pasarkliwon, Solo. Bahkan setelah kedua orangtuanya meninggal, Nur berserta istri dan kedua anaknya tetap tinggal di rumah yang berada persis di bawah tanggul tersebut.
Semenjak bulan Agustus 2015, Nur Rohman memilih meninggalkan keluarganya dengan alasan akan bekerja ke Kalimantan. Namun rupanya dia hanya menghindari penangkapan atas dirinya setelah sejumlah teman-temannya telah ditangkap dalam sebuah operasi penangkapan oleh Densus 88/Anti-Teror terkait dugaan menyimpang bahan peledak dan perencanaan melakukan kekerasan.
Nur tidak benar-benar ke Kalimantan. Kapolri Jenderal Badrodin Haiti, menyebut bahwa Nur Rohman pernah lolos dari sebuah penggerebekan di Bekasi pada pertengahan Desember tahun lalu. Saat itu dia lari dengan membawa tiga bom rakitan. Nur bergabung dalam kelompok Bekasi yang dipimpin Arif Hidayatulloh alias Abu Musab.
Nur Rohman juga disebut dalam terlibat dalam kasus Bom Thamrin. Bahkan terakhir kali jejak Nur Rohman diketahui berada di Jawa Timur pada awal Juni yang lalu. Nama Nur Rohman disebut-sebut saat polisi melakukan penangkapan terhadap sejumlah orang di Surabaya saat itu. Polisi kehilangan jejaknya hingga kemudian Nur Rohman melakukan aksi bunuh diri, pagi tadi.
Selama itu, Nur Rohman, meninggalkan istri anak-anaknya. Wilarno, Ketua RT setempat, mengatakan semenjak pamit pergi akan bekerja ke Kalimantan, Nur Rohman sama sekali tidak pernah pulang ke rumahnya. Namun Asmuni, tetangga dekatnya, mengatakan Nur Rohman benar-benar tak pernah pulang sama sekali semenjak pasca bom Thamrin di Jakarta.
Selama itu istri dan anak-anaknya hidup sendiri di perkampungan padat penduduk tersebut. Situasi itu tentinya cukup merepotkan Siti Aminah. Dia harus menghidupi kedua anaknya yang mesih belia, padahal dia sendiri juga tidak punya pekerjaan tetap. Terlebih lagi Aminah tidak punya sanak kerabat dekat di Solo karena dia berasal dari Jawa Barat.
“Sebetulnya yang sering menjadi perhatian warga di sini adalah kondisi anak istrinya setelah ditinggal lari. Kondisinya sangat memprihatinkan,” ujar Asmuni, tetangga dekat Nur Rohman, Selasa (5/7/2016).
Hal serupa juga disampaikan oleh Wilarno. Melihat kondisi Aminah dan kedua anaknya yang mulai butuh biaya karena harus masuk TK, Wilarno sering menghimbau warga sekitarnya untuk sering menolong dan menyantuni Aminah dan kedua anaknya.
“Selama ini kami himbau warga untuk sering menyantuni anak-anak dan istri Nur. Kami beri kesadaran bahwa sebaiknya kita menolong atas dasar kemanusiaan, jangan melihat latar belakang riwayat perilaku bapaknya,” kata Wilarno.
Wilarno mengakui meskipun perkampungannya merupakan kawasan padat dengan tingkat ekonomi, namun tingkat kerukunan dan kepedulian warga cukup tinggi. Aminah dan kedua anaknya direngkuh baik seluruh warga sebagai keluarga besar.
Bukan hanya warga, pihak keluarga juga berpikir untuk menemani Aminah dan kedua anaknya. Mul Purwanto, kakak kandung Nur Rohmah, sejak dua bulan terakhir memilih memboyong anak istrinya tinggal di rumah orangtuanya demi bisa menemani dan membantu kondisi kehidupan Aminah dan kedua anaknya.
“Semula saya dan keluarga saya tinggal di Mojosongo. Namun sudah dua bulan ini kami tinggal serumah dengan anak istri Nur Rohman di sini. Pertimbangannya karena ini rumah keluarga dan Aminah serta anak-anaknya hidup sendirian tanpa teman. Apalagi Aminah kan orang Jawa Barat, tidak punya kerabat di sini,” ujar Yayuk, istri Mul Purwanto.
Yayuk mengakui bahwa Nur Rohman memang memiliki pendirian dan jalan pikiran yang berbeda dengan keluarga lainnya. Namun demikian keluarga tidak berani menegur atau memperingatkannya. Bagi keluarga sebenarnya yang jauh menjadi beban pikiran adalah anak-anak Nur yang kurang perhatian setelah Nur menghilang dan Aminah juga tidak mempunyai pekerjaan tetap.
“Dulu Nur Rohman sempat bekerja jualan bakso ojek keliling. Pernah juga sebagai tukang parkir. Namun setelah mengikuti pemikiran keras itu dia lalu tidak bekerja tetap bahkan kemudian menghilang lama, hingga sekarang ada kabar seperti ini,” kata Yayuk. (DET)
SUMBER : DETIK ONLINE