Tommy Soeharto Singgung Soal Petral Hingga Mobnas
JAKARTA, JURNAL123.
Akun Twitter Hutomo Mandala Putra atau akrab disapa Tommy Soeharto mengkritik pemerintah karena dianggap sering mencari “kambing hitam” atas berbagai masalah yang saat ini dihadapi.
Dalam salah satu kicauannya di akun @TommySoeharto62, ia juga sempat menyinggung isu mobil nasional (mobnas). Bahkan, Tommy juga membuat hashtag #RezimBalasBudi pada kicauan mobil nasional.
“Bermata sehat tentu akan melihat ketika sang penasihat di antar jemput Dalam urusan pribadi berkedok Mobnas #RezimBalasBudi,” kicau Tommy dalam Twitter-nya.
Dalam akun Twitter-nya, putra bungsu mantan Presiden Soeharto ini juga menulis bahwa masyarakat sengaja dibuat bingung oleh pemerintah. Bahkan, ia juga sempat menyinggung kasus KPK-Polri saat ini dengan menyebutnya ciptaan demi membalik pandangan masyarakat.
Rentetan kicauan Tommy itu sebenarnya berawal dari tuduhan Ketua Tim Tata Kelola Migas Faisal Basri yang menyebutnya memiliki saham di anak perusahaan Pertamina, yaitu Pertamina Trading Limited (Petral).
Menurut Tommy, pernyataan Faisal itu tidak benar. Ia pun membantah kabar kepemilikan saham itu di Petral.
Putra bungsu mantan Presiden Soeharto, Hutomo Mandala Putra atau akrab disapa Tommy Soeharto, membantah pernyataan Ketua Tim Reformasi Tata Kelola Migas Faisal Basri yang menyebutkan dirinya memiliki 20 persen saham di Anak Perusahaan Pertamina yaitu Pertamina Energy Trading Limited (Petral).
Bahkan, Tommy menyebut Faisal Basri telah melakukan penyesatan publik dengan melontarkan informasi yang tak benar.
“Hembusan-hembusan tentang saham saya di PETRAL merupakan penyesatan publik, pengalihan Isu/Kambing hitam Utk acara Selamatan BLBI yg tertunda,” kicau Tommy dalam akun twitter-nya @TommySoeharto62, Jakarta, Jumat (13/2/2015).
Lebih lanjut, Tommy juga menilai apa yang diungkapkan Faisal Basri hanya penyartaan yang asal bunyi. Menurutnya, hal itu dilakukan hanya demi mencari kambing hitam atas persoalan migas saat ini.
“Menurut Faisal Basri ada saham saya 20% di sana dgn nada asbunnya alias 1/2 bingung, semua demi Kambing hitam yg sudah umur 10 tahun itu,” lanjut dia.
Seharusnya, tulis dia, saat ini yang paling penting bukanlah saling menuding pihak-pihak lain. Melainkan bagaiamana pemerintah harus menata kembali tata kelola migas nasional. Pasalnya, dengan melakukan pembenahan migas nasional, maka masyarakat akan lebih menerima dampak positif kebijakan itu.
“Bagaimana pengelolaannya, Jangan hanya selalu mengkambing hitamkan demi kelancaran konspirasi tipu menipu,” sambung Tommy.(KOM)