Banjir Lumpuhkan Aceh Utara
LHOKSUKON – Arus transportasi di jalan nasional kawasan Lhoksukon, Aceh Utara dan sekitarnya, Kamis (25/12) malam hingga Jumat (26/12) mulai lumpuh. Penyebabnya, ketinggian banjir di lokasi tertentu sudah mencapai satu meter. Lokasi terparah terjadi di kawasan Landing dengan ketinggian air mencapai 1 meter lebih setelah tanggul Krueng Keureutoe yang berjarak sekitar 20 meter dari jalan itu, Kamis (25/12) malam jebol.
Selain itu, jalan nasional di kawasan Desa Peureupok, Kecamatan Syamtalira Aron dengan ketinggian air 50-90 centimeter, dan di kawasan Keude Lhoksukon, Aceh Utara ketinggian air mencapai 80 centimeter lebih. Di kawasan Baktiya Barat, banjir juga masih mengenangi jalan nasional.
Eksesnya, mobil angkutan L-300 dan sejenisnya tak bisa melintasi kawasan itu, hanya mobil jenis bus saja yang bisa melintas. Ekses lain, pengguna jalan yang melintasi kawasan itu harus mendorong sepmornya karena mati.
Sementara itu, banjir yang menggenangi rumah warga di Lhoksukon, Matangkuli, Pirak Timu dan Langkahan, Tanah Pasir, Syamtalira Aron air terus naik. Hingga Jumat (26/12) sore, ketinggian air mencapai 2 sampai 3,5 meter di lokasi tertentu. Akibatnya, jumlah pengungsi ke jalan nasional bertambah. Petugas Badan Penanggulangan Bencana (BPBD), Tagana, TNI dan Polisi, serta Search And Rescue (SAR) terus berusaha mengevakuasi korban di kawasan yang terisolir seperti di pedalaman Lhoksukon, Pirak Timu, dan Baktiya Barat.
Sementara itu sejumlah pengungsi yang mengalami gatal-gatal dan mengeluh sakit Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) juga bertambah. Warga di kawasan pedalaman juga mengeluhkan kesulitan mendapatkan sembako. “Karena tak ada lagi makanan, warga terpaksa membeli beras ke kawasan Lhoksukon,” ujar Ridwan, warga Lhoksukon kepada Serambi, kemarin.
Kabag Humas Pemkab Aceh Utara, Amir Hamzah menyebutkan, jumlah pengungsi dari 285 desa mencapai 94.426 jiwa dari 23.409 kepala keluarga (KK). Sedangkan titik pengungsi mencapai 365 lokasi. “Pemkab sudah membentuk tim untuk penanggulangan banjir dari sekarang sampai pascabanjir. Tim ini nanti akan mengawasi segala proses penanganan banjir sehingga semua korban banjir bisa tertangani dengan baik,” katanya.
Selain itu penanganan terhadap korban banjir yang mulai diserang penyakit seperti gatal-gatal. “Beras yang disediakan mencapai 100 ton dan kebutuhan lainnya sebagian besar sudah disalurkan ke lokasi pengungsian,” katanya.
Demikian juga di Lhokseumawe, jumlah pengungsi banjir di kota itu hingga Jumat (26/12) siang terus bertambah. Data dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BMPD) setempat, pengungsi dari tiga kecamatan mencapai 11.300 jiwa.
Karena banjir masih bertahan hingga Jumat (26/12), sejumlah sekolah di Lhokseumawe dan Aceh Utara terpaksa menunda pembagian rapor yang sedianya dilaksanakan Sabtu (27/12) hari ini. Di Pidie yang banjirnya juga belum surut, rapor siswa baru akan dibagikan jika pihak sekolah hari ini berhasil menjebol batu pagar sekolah agar ruang kelas tak lagi digenangi air.
Berdasarkan data yang dihimpun Serambi kemarin, sekolah yang sudah pasti menunda pembagian rapor pada hari ini adalah SD-SMP Seatap Ujong Pacu, Kecamatan Muara Satu, SD 19 Banda Sakti, SMPN 7 Cunda Kecamatan Muara Dua, SMAN 1, SMAN 2, SMAN 3, SMAN 5, SMAN 6, dan SMAN 7 Lhokseumawe.
Kepala Bidang Pendidikan Dasar (Dikdas) Disdikpora Aceh Utara, Mawardi menyebutkan, kemungkinan besar sebagian besar sekolah di kabupaten itu terpaksa menunda pembagian rapor karena banyak sekolah mulai dari SD hingga SMA yang masih terendam banjir.
“Sekolah yang tak bisa membagikan rapor pada hari Sabtu ini akan dibagikan seusai libur sepekan,” ujar Mawardi. Dari Pidie dilaporkan, hingga Jumat (26/12) kemarin proses belajar-mengajar (PBM) di SMPN 2 Delima yang letaknya bersisian dengan Pasar Grong-grong, masih terhenti. Di halaman gedung sekolah tergenang setinggi 30 cm, sedangkan di dalam kelas lebih dari 40 cm.
Dari Bireuen dilaporkan, jumlah pengungsi akibat banjir yang melanda kabupaten itu sejak empat hari lalu, kian bertambah. Warga yang kemarin mengungsi ke meunasah dan tempat aman lainnya berasal dari Leubu Mee, Kecamatan Makmur dan Lhok Mambang, Kecamatan Gandapura. Sebagian besar mereka bahkan sudah mengungsi ke meunasah sejak Kamis (25/12) pagi.
Warga Desa Alue Mangki sebanyak 36 kepala keluarga (KK) atau 213 jiwa juga mengungsi Kamis malam ke meunasah setempat. Tak terkecuali warga Desa Samuti Aman sebanyak 65 KK atau 250 jiwa. Warga Samuti Rayeuk juga mengungsi ke meunasah karena rumah mereka tergenang air 1 meter lebih.
Selain itu, ratusan hektare sawah di Peusangan Siblah Krueng yang baru ditanam juga tergenang banjir. “Luas tanaman padi yang tergenang air dan tidak kelihatan sama sekali mencapai 300 hektare lebih di 14 desa,” ujar Zaini, staf Kantor Camat Peusangan Siblah Krueng kepada Serambi kemarin.
Dari Meulaboh dilaporkan, tiga kapal tongkang pengangkut batu bara, sepanjang Jumat (26/12) kemarin terdampar di pantai Meulaboh, kawasan Pantai Peunaga Pasi, Kecamatan Meureubo, Aceh Barat. Terdamparnya tongkang berisi bahan tambang itu diduga setelah kawasan ini diterjang badai pada Jumat tengah malam, sehingga tiga tongkang yang sebelumnya berada di laut terbawa ke bibir pantai.
Tiga kapal tongkang itu siang kemarin terpaksa ditambatkan sejumlah warga ke pohon kelapa guna menghindari terjangan badai lanjutan. “Terjangan badai sangat kencang, kami sempat ketakutan,” kata Ifer, warga Gampong Peunaga Pasi, Kecamatan Meureubo.
Hujan deras yang mengguyur sebagian daerah di Aceh dalam dua hari terakhir, bukan saja menyebabkan banjir, tapi juga tanah longsor. Di Kecamatan Makmur, Bireuen, lima rumah tertimbun longsor, Kamis (25/12). Dapur dari kelima rumah itu rusak berat, namun tak ada korban jiwa dalam musibah tersebut. Untuk sementara, lima kepala keluarga beserta anggota keluarganya itu harus mengungsi sementara ke rumah tetangga.
Satu jembatan beton ukuran 5 x 5 meter di ruas jalan utama Kecamatan Makmur, tepatnya di Desa Meureubo, Bireuen, ambruk akibat tanahnya longsor pada hari Kamis (25/12). Akibatnya, aktivitas masyarakat di desa pedalaman itu lumpuh beberapa saat. “Warga yang melintas dengan mobil terpaksa harus memutar lewat Desa Aleu Krub Kecamatan Peusangan Siblah Krueng,” ujar Faisal Ali, Ketua PMI Ranting Makmur, Bireuen.
Dari Lhokseumawe dilaporkan, sebatang tiang listrik milik PLN yang terletak di atas bukit kawasan Meunasah Alue, Kecamatan Muara Dua Lhokseumawe, Kamis (25/12) siang roboh, akibat tanah di sekelilingnya longsor. Imbasnya, aliran listrik untuk 500-an pelanggan di kawasan itu padam hingga Jumat malam.
“Tim masih berupaya memperbaikinya, meski belum bisa dipastikan kapan bisa normal kembali,” ujar Supervisor Operasi dan Distribusi PLN Area Lhokseumawe, Mukhtar Juned.(SER)