Ekonomi

Kepala SKK Migas Bantah Minyak Impor Lebih Murah

Jurnal123.com – Sempat beredar kabar bahwa minyak impor lebih murah dibanding dalam negeri. Benarkah hal tersebut?
Kepala Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) Dwi Soetjipto membantah anggapan bahwa minyak impor lebih murah daripada membeli minyak dalam negeri.

Dwi mengatakan untuk membandingkan harga tidak bisa hanya dengan kata-kata, tapi harus dengan angka.
“Tidak hanya kata-kata lebih murah, kalau nggak ada ongkos transport saya yakin, saya juga pernah jadi Dirut Pertamina, crude domestik lebih murah daripada impor, ini perlu diklarifikasi,” ungkapnya dalam paparan kinerja Semester I SKK Migas, Jumat, (17/07/2020).

Sebelumnya Direktur Utama PT Pertamina (Persero) Nicke Widyawati pernah menyampaikan tanggapan saat harga minyak anjlok dan memilih tidak menurunkan harga BBM. Nicke menegaskan, faktanya impor minyak lebih murah. Menutup kilang dan sumur juga akan lebih menguntungkan bagi perseroan.

Namun, hal tersebut tidak bisa dilakukan karena Pertamina adalah Badan Usaha Milik Negara (BUMN). Jika hal tersebut dilakukan, industri turunannya akan ikut mati. “Kalau mau profit saja mah gampang, beli aja. Kondisi kemarin harga impor product lebih murah dari impor crude itu April-Mei. Itu kondisi anomali memang,” paparnya pada 29 Juni 2020 silam

SKK Migas menyoroti kinerja hulu minyak dan gas Pertamina, karena banyak anak usahanya yang mendapat rapor merah terkait lifting semester I 2020 yang masih jauh dari target. Sepanjang Semester I 2020 realisasi lifting minyak nasional baru sebesar 720,2 ribu barel minyak per hari (BOPD).

Realisasi ini berasal dari 15 kontraktor, di mana empat di antaranya berasal dari anak usaha Pertamina di bidang hulu. Dwi mengatakan sudah berkirim surat peringatan yang ia sebut sebagai surat cinta ke Pertamina.
“Terkait kinerja merah tiap bulan kita review, kita kirim surat cinta terhadap yang merah-merah itu. Kita sampaikan peringatan, kita panggil, diskusikan. Kita secara serius sampaikan capaian target semua wilayah kerja Pertamina,” ungkapnya.

Keempat anak usaha Pertamina di antaranya,

Pertama, Pertamina EP realisasinya 80.499 BOPD atau 89,4%dari target APBN 2020 90.000 BOPD.

Kedua, Pertamina Hulu Energi Oses 26.715 BOPD atau 84,3% dari target APBN 2020 sebanyak 28.007 BOPD.

Ketiga, Pertamina Hulu Kalimantan Timur realisasi 10.387 BOPD atau 91,3% dari target APBN 2020 11.380 BOPD.

Keempat, BOB Bumi Siak Pusako-Pertamina Hulu realisasi 9.271 BOPD atau 75,8% dari target APBN 2020 12.239 BOPD.

Selain Pertamina, masih ada empat kontraktor migas swasta yang realisasinya merah.

Dwi menyebut, anjloknya kinerja kebanyakan disebabkan karena tidak sukses dalam drilling atau pengeboran, serta kedisiplinan untuk mengimplementasikan target yang sudah dibuat di awal tahun.

Editor : Jimmy Arifien

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *