InternasionalKesehatan

Peneliti Temukan 6 Virus Corona Baru pada Kelelawar Myanmar

Jurnal123.com – SARS-CoV-2 diduga kuat berasal dari mamalia kelelawar atau trenggiling karena struktur molekul keseluruhannya yang mirip. Seperti menegaskan asal usul virus pencipta pandemi asal Wuhan, Cina, itu, para peneliti telah menemukan enam virus corona jenis lainnya pada kelelawar yang berbasis di Myanmar.

Penelitian yang dipublikasikan di PLOS ONE mencatat bahwa penemuan antara 2016 dan 2018, tapi tidak diyakini terkait dengan SARS-CoV-2 penyebab pandemi COVID-19. Tidak juga dengan wabah penyakit virus corona lainnya SARS dan MERS.
“Pandemik virus mengingatkan kita betapa dekatnya kesehatan manusia dengan kesehatan satwa liar dan lingkungan,” ujar pemimpin penulis studi, Marc Valitutto, seperti dikutip dari laman New York Post, Senin 13 April 2020.

Para peneliti saat itu mengumpulkan lebih dari 750 sampel air liur dan feses dari 464 kelelawar berbeda dari 11 spesies berbeda. Virus-virus baru ditemukan pada tiga spesies: kelelawar rumah kuning Asia yang lebih besar (Scotophilus heathii), kelelawar berekor keriput (Chaerephon plicatus), dan kelelawar berhidung daun Horsfield (Hipposideros larvatus)

Seperti dilaporkan laman Live Science, keenam virus corona itu diberi nama baru: PREDICT-CoV-90 (di kelelawar rumah kuning Asia), PREDICT-CoV-47 dan PREDICT-CoV-82 (di kelelawar berekor keriput) dan PREDICT-CoV-92, -93 dan -96, yang ditemukan di kelelawar berhidung daun Horsfield.

Valitutto yang juga mantan dokter hewan di Program Kesehatan Global Smithsonian menerangkan, di seluruh dunia, manusia berinteraksi dengan satwa liar dengan frekuensi yang semakin meningkat. “Sehingga semakin kita memahami tentang virus ini pada hewan, apa yang memungkinkan mereka untuk bermutasi dan bagaimana menyebar ke spesies lain, semakin baik kita dapat mengurangi potensi pandemi,” kata dia.

Dalam penelitian tersebut bahkan dipercayai bahwa ada ribuan virus corona–banyak di antaranya yang belum ditemukan–pada kelelawar. Menurut salah satu penulis penelitian Suzan Murray, banyak virus corona mungkin tidak menimbulkan risiko bagi manusia.

“Pengawasan, waspada, penelitian, dan pendidikan adalah alat terbaik yang kita miliki untuk mencegah sebelum terjadi pandemi,” katanya.
Studi tambahan akan diperlukan untuk menentukan apakah virus corona yang ditemukan pada kelelawar Myanmar itu memiliki potensi penularan lintas spesies untuk lebih memahami risiko terhadap kesehatan manusia.

Sementara, per Selasa malam, 14 April 2020, COVID-19 telah dikonfirmasi pada 1.935.646 kasus dengan korban meninggal 120.914 orang di seluruh dunia.(NYP)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *