Angka Kematian Corona di Indonesia Lebih Tinggi dari Singapura dan Malaysia
Jurnal123.com – Indonesia mencatatkan 5 kasus kematian akibat virus corona, sedangkan Singapura dan Malaysia memiliki jumlah kasus yang lebih tinggi, dengan tingkat kematiannya nihil.
Virus corona baru atau Covid-19 terus mewabah ke berbagai negara di seluruh dunia. Tercatat, setiap harinya terjadi peningkatan jumlah kasus yang diiringi dengan peningkatan angka kematian dan kesembuhan pasien.
Berdasarkan catatan Worldometer, hingga hari ini Minggu (15/3) jumlah kasus virus corona di seluruh dunia telah mencapai angka 157.409 kasus. Dengan jumlah kematian terkonfirmasi sebanyak 5.845 kasus dan tingkat kesembuhan sebanyak 75.953 kasus.
China, menjadi negara yang memiliki jumlah kematian terbanyak yakni 3.199 dari total 80.849 kasus infeksi virus corona baru. Negara selanjutnya yang memiliki tingkat kematian tertinggi adalah Italia dengan 1.441 kasus dari 21.157 dan Iran dengan kematian senyak 611 kasus dari 12.729 kasus.
Adapun, hingga hari ini Indonesia telah mengkonfirmasi kasus sebanyak 117 orang positif virus corona, dengan 5 kasus kematian dan 8 pasien telah dinyatakan sembuh.
Sementara, negara terdekatnya seperti Singapura dan Malaysia memiliki jumlah kasus yang lebih tinggi, tetapi tingkat kematiannya nihil. Secara berurutan jumlah kasus masing-masing adalah 212 kasus dan 249 kasus.
Terkait dengan tingkat kematian dari wabah Covid-19, Thomas Frieden, Chief Executive Resolve to Save Lives yang juga menjabat sebagai Director Center for Disease Control (CDC) pada masa pemerintahan Barack Obama, mengatakan bahwa tingkat kematian di setiap negara akan berbeda-beda.
Perbedaan antara populasi masyarakat dan sistem kesehatan di setiap negara menjadi faktor penting terkait tingkat kematian Covid-19. Sejauh ini, faktor risiko kematian dari virus corona baru masih dipelajari, tetapi ada bukti kuat bahwa orang tua memiliki tingkat kematian lebih tinggi.
Hal ini juga yang mengakibatkan kasus kematian di Italia menjadi sangat tinggi, karena negara tersebut memiliki sekitar 23 persen populasi dengan penduduk berusia lanjut, jauh lebih tinggi dari Amerika Serikat dengan populasi usia lanjut sebesar 16 persen dan China dengan 11 persen.
Adapun, faktor risiko yang dinilai berdampak terhadap kasus kematian Covid-19 adalah merokok. Masalah kesehatan lainnya adalah penyakit diabetes, kardiovaskuler, penyakit paru-paru seperti asma, yang membuat orang lebih rentan terhadap penyakit parah.
Selain itu, kecanggihan dan kapasitas sistem perawatan kesehatan juga mengambil peran penting dalam kasus virus corona baru ini. Pasien dengan Covid-19 parah membutuhkan perawatan kompleks untuk pneumonia dan kegagalan pernapasan.
Kualitas perawatan ini bergantung pada ketersediaan ventilator dan staf terlatih yang memantau pasien dengan gejala parah, “Ketika fasilitas menjadi kewalahan, akan ada lebih banyak kematian,” katanya seperti dikutip New York Times, Minggu (15/3).
Hal senada juga diungkapkan oleh Massimo Galli, kepala penyakit menular di Milan’s Sacco Hospital yang menyatakan bahwa lonjakan mortalitas di Italia melebihi perkiraan kasus terburuk dari tingkat yang dialami oleh negara lain.
Hal ini menyebabkan banyak rumah sakit penuh sesak, sehingga pihak berwenang setempat harus mengupayakan berbagai cara. Termasuk memperpanjang masa pensiun dokter dan memercepat tanggal kelulusan mahasiswa keperawatan.
“Beberapa rumah sakit di Lombardy, Italia berada di bawah tekanan yang jauh lebih berat daripada apa yang bisa didukung oleh fasilitas di daerah. Kasus [Covid-19] ini berada pada skala yang lebih besar dari yang diperkirakan,” katanya seperti dikutip dari VOA News.
Sebelumnya, Li Lanjuan seorang profesor di Zhejiang University di Huangzhou, China mengatakan bahwa alasan dibalik tingginya angka kematian akibat Covid-19 di Hubei adalah karena kondisi fasilitas dan layanan yang tidak memadai.
Dia mengatakan ketika masa krisis virus corona baru di China, seorang dokter harus merawat pasien dengan jumlah banyak karena kasus yang terus naik, sementara sumber daya medis yang ada jumlahnya masih sangat kurang.
Untuk itu, pemerintah China mengambil tindakan yang tepat dengan mendirikan rumah sakit darurat baru dan mengirimkan tim medis langsung ke Hubei untuk merawat pasien. Para peneliti dan pimpinan di seluruh dunia memuji upaya cepat tanggap yang dilakukan China terkait kasus penyebaran Covid-19.
Sementara itu, hingga saat ini para peneliti dari berbagai penjuru dunia terus melakukan berbagai penelitian dan mengembangkan layanan perawatan serta vaksin baru untuk penyakit yang telah ditetapkan sebagai pandemi tersebut.
Diharapkan, berbagai penelitian ini bisa menawarkan perkiraan faktor risiko yang lebih rinci. Hal ini akan sangat bermanfaat untuk layanan kesehatan di berbagai negara dan memperkirakan risiko penyakit penyerta hingga tingkat kematian.
Selain itu, penelitian ini juga diharapkan bisa menghadirkan solusi yang lebih baik untuk membantu orang yang terinfeksi dan menurunkan tingkat kematian di seluruh negara.(BIS)