PendidikanProfil

Mahasiswi Asal Sulawesi Utara Jadi Orang Pertama Membuat Tesis Bom Signature Teroris Dr. Azahari

Flamanda Jeine Tampomuri, S.Pd (Ketiga dari kiri) Bersama Dewan Penguji yang terdiri dari M. Syaroni Rofii, MA, PhD, Mohamad Syauqilah, MSi, PhD, Prof. Dr. Asep Usman Ismail, Dr. Eko Meinarno dan Dr. Benny J. Mamoto.

Jurnal123.com – Sepanjang tahun 2002 sampai tahun 2005 Indonesia diguncang oleh serangan teror bom yang sangat signifikan dampaknya.

Dimulai dengan:
Bom Bali pertama tanggal 12 Oktober 2002, terjadi di 3 (tiga) lokasi, menimbulkan korban meninggal 202 orang dan 88 orang diantaranya WN Australia. Jenis bom yang digunakan adalah bom mobil dan bom ransel dengan pelaku bom bunuh diri Iqbal Arnasan dan Iqbal.

Berselang 11 bulan terjadi lagi serangan teror bom di lobby hotel JW Marriot Jakarta, pada tanggal 5 Agustus 2003 mengakibatkan 13 orang meninggal dan 74 luka-luka. Jenis bom yang digunakan adalah bom mobil dengan pelaku bom bunuh diri Asmar Latin Sani.

Selanjutnya 14 bulan kemudian, bom meledak di depan Kedutaan Australia, Kuningan, Jakarta pada tanggal 9 September 2004 dengan korban 5 orang meninggal dan ratusan lainnya mengalami luka-luka. Jenis bom yang digunakan adalah bom mobil dengan pelaku bom bunuh diri Herry Gulun.

Sekitar 13 bulan berselang ledakan bom kembali terjadi di Bali pada 1 Oktober 2005 yang mengakibatkan 22 orang meninggal dan 102 lainnya luka-luka di tiga lokasi berbeda. Pelaku bom bunuh diri dilakukan oleh 3 orang menggunakan tas ransel yang di dalamnya sudah berisi bom, masing-masing bernama Wisnu alias Misno, Sarif Firdaus, dan Aip Saefullah.

Dari hasil penyidikan Aparat Densus 88/AT Polri telah mengidentifikasi siapa aktor intelektual yang merancang dan melakukan serangan teror bom tersebut yaitu 2 (dua) sosok Warga Negara Malaysia, alumni Universiti Tehnologi Malaya (UTM) Malaysia, masing-masing Dr. Azahari bin Husin dan Noordin M. Top. Namun, Tim Densus 88/AT tidak mudah melacak persembunyian kedua buronan tersebut sehingga serangan berulang terjadi.

Hal inilah yang kemudian mengundang pertanyaan, siapakah sosok Dr. Azahari? Mengapa dan bagaimana seorang bergelar PhD lulusan Inggris ini terlibat aksi teror? Bagaimana dia merancang strategi serangan teror bom sehingga dampaknya luar biasa? Bagaimana dan mengapa dia mendesign bom dengan ciri-ciri tertentu (Bom Signature)? Mengapa dia justru menunjukkan identitasnya selaku designer bom sehingga aparat mudah mengenalinya? Itulah sederet pertanyaan yang ingin dicari jawabannya oleh sang peneliti yaitu Flamanda Jeine Tampomuri, mahasiswa Program Studi Kajian Terorisme, Sekolah Kajian Stratejik dan Global, Universitas Indonesia.

Flamanda Jeine Tampomuri Saat Mempertahankan Tesisnya

Saat memilih topik itu, dia menyadari bahwa tidak mudah meneliti sosok Dr Azahari yang sudah meninggal dunia, pasti ada kendalanya. Namun, dia menemukan solusinya setelah membaca buku Lone Wolf Terrorissm, Understanding the Growing Threat, ditulis oleh Simon (2013) menjelaskan bahwa, latar belakang atau motivasi yang membuat pelaku melakukan suatu aksi, dapat dianalisis psychological profile pelaku, meskipun mereka belum pernah bertemu dengan pelaku itu dan tidak tahu tentang kepribadian ataupun pola pikir individu yang akan di-profiling.

Selanjutnya profiling dapat dilakukan berdasarkan penilaian dari tipe serangan yang dilakukan, senjata yang digunakan, target dan juga korban.

Flamanda melakukan penelitian dengan metode kualitatif dan memilih menggunakan dua teori yaitu Teori Pilihan Rasional (Rational Choice Theory) dan Need of Theory oleh McClelland.

Temuan penelitiannya sangat menarik dan dapat menjadi pembelajaran dalam membuat langkah-langkah antisipasi oleh instansi terkait dan seluruh elemen masyarakat.

Dr Azahari terekrut oleh kelompok Al-Jama’ah Al-Islamiyah (Al-JI) sejak tahun 1993, setelah mengikuti kelompok pengajian di Ulu Tiram, Johor Bahru dan berbai’at kepada Abdullah Sungkar. Meskipun sudah menjadi radikal, Dr Azahari dalam kehidupan sosialnya tidak menunjukkan bahwa dia radikal, dilihat dari cara bersikap, bertindak, penampilan fisik dan cara berpakaian, tidak seperti anggota AL-JI lainnya. Selama dia bekerja sebagai Direktur sebuah perusahaan real estate di Jakarta dan sempat mengajar sebagai dosen tamu di Universitas Gajah Mada, Jogyakarta, teman-temannya tidak percaya kalau dia radikal.

Dr Azahari dalam perjalanan hidupnya menghadapi berbagai masalah pribadi. Dia pernah gagal (drop out) ketika studi di Adeleide, Australia, karena kehidupan sosialnya, seperti pergaulan bebas dan mabok minuman keras, membuat dia tidak fokus pada studi. Dia juga dihadapkan pada masalah kesehatan isterinya, yang akhirya membuat dia ingin menekuni belajar agama dengan rajin membaca Al-Qur’an.

Kondisi seperti inilah yang menjadi sasaran rekrutmen kelompok AL-JI untuk menjadi teroris. Dr Azahari tahun 1998 berangkat ke Afganistan untuk belajar membuat bom, dilanjutkan ke Philipina Selatan. Sambil mengajar di UTM, Dr Azahari memanfaatkan laboratorium UTM untuk melakukan penelitian cara membuat bom. Tahun 2000 dia mulai terlibat aksi terror, dimulai keikutsertaanya dalam pertemuan di Bangkok yang dihadiri oleh Hambali, Mukhlas, Wan Min Wan Mat, Dr Azahari, Zulkifli. Ia mendapat tugas untuk merancang serangan di Singapura dan Indonesia dengan didanai oleh Al-Qaeda.

Bom karya Dr. Azahari memiliki ciri khusus yang dikenal sebagai bom signature. Hal ini membuat pakar bom mudah mengidentifikasi dan mengenali bom buatannya. Dr. Azahari sempat mengajarkan beberapa anggota Al-JI, bahkan telah membukukan serta menyebarkan tentang cara membuat bom. Latar belakang pendidikan Dr Azahari sebagai PhD lulusan Inggris sangat mendukung dalam merancang strategi serangan teror bom. Dr. Azahari dalam melakukan aksi terror selalu menggunakan pilihan rasional, hal ini dapat dikenali oleh aparat melalui modus operandi, pemilihan target, rentang waktu, dampak serangan, dan penggunaan bom signature.

Ciri khusus bom signature dianalisis melalui komponen dan rancangan bom. Selain itu, bom signature dibuat dari bahan-bahan baku yang mudah didapat dipasaran. Bom signature juga bertujuan untuk aktualisasi diri dan mendapat pengakuan (Need of Achievement). Kasus Dr. Azahari membuktikan bahwa individu yang berpendidikan tinggi dapat terekrut ke dalam kelompok teroris dan mampu berpikir rasional sehingga menciptakan aksi teror yang berdampak signifikan.

Selain itu, individu yang radikal tidak dapat dinilai dari tampilan fisik dan cara berpakaian seperti yang terjadi pada Dr. Azahari. Adapun hal-hal yang perlu diantisipasi karena telah terbukti menjadi ancaman, yakni: radikalisasi atau perekrutan kelompok teroris di lembaga Pendidikan (dari PAUD sampai Perguruan Tinggi) dan lembaga pendidikan keagamaan; penyalagunaan fasilitas kampus untuk kegiatan terorisme; adanya bom sekunder pada aksi teror; penggunaan media online untuk kegiatan terorisme; kemudahan mendapatkan bahan-bahan yang dapat dijadikan bom. Langkah antisipasi yang perlu dilakukan adalah melakukan koordinasi dan kerja sama dari instansi terkait untuk melakukan pencegahan dan pengawasan terhadap ancaman tersebut, sejalan dengan terbitnya PP No. 77 tahun 2019 tantang Pencegahan Tindak Pidana Terorisme dan Pelindungan terhadap Penyidik, Penuntut Umum, Hakim dan Petugas Pemasyarakatan.

Dewan Penguji yang menguji tesis berjudul “AKSI TEROR KELOMPOK AL-JAMAAH AL-ISLAMIYAH: PENGGUNAAN BOM SIGNATURE OLEH DR. AZAHARI”

PROFILE FLAMANDA JEINE TAMPOMURI

Flamanda Jeine Tampomuri, S.Pd., lahir di Tomohon, Sulawesi Utara, tanggal 31 Januari 1995 merupakan Alumni Universitas Negeri Manado (Unima) tahun 2017 dari Jurusan Matematika.
Flamanda dikenal aktif dan berprestasi dalam berbagai kegiatan organisasi dilingkungan almamaternya di Unima, seperti Noni Unima “Intelegensia” 2015 dan juga di bidang kesenian (Kolintang, Maengket, Peragaan Busana, dll).
Ia mendaftar dan mengikuti test di Universitas Indonesia bulan Februari 2018, dan memilih Program Studi Kajian Terorisme, Sekolah Kajian Stratejik dan Global Universitas Indonesia. Ia mulai kuliah September 2018 dan selesai Desember 2019.

Pada tanggal 17 Desember 2019 Ia telah mempertahankan tesisnya dengan judul “AKSI TEROR KELOMPOK AL-JAMAAH AL-ISLAMIYAH: PENGGUNAAN BOM SIGNATURE OLEH DR. AZAHARI” dihadapan Dewan Penguji yang terdiri dari M. Syaroni Rofii, MA, PhD, Mohamad Syauqilah, MSi, PhD, Prof. Dr. Asep Usman Ismail, Dr. Eko Meinarno dan Dr. Benny J. Mamoto.

Ia dinyatakan lulus. Ia menjadi mahasiswa Kajian Terorisme yang menempuh studi paling cepat selesainya, hanya 3 (tiga) semester dan menyelesaikan penelitian serta ujian tesis juga tercepat, memecahkan rekor sebelumnya atas nama Indi.

Ia menjadi wanita pertama dan mungkin orang pertama yang meneliti tentang design bom Dr. Azahari atau sering disebut Bom Signature Dr Azahari di Indonesia, bahkan di dunia. Ketertarikannya tentang masalah terorisme membuat ia ingin meneruskan studinya ke tingkat Doktor.

Masyarakat Sulawesi Utara patut berbangga memiliki Wewene yang berprestasi dan memiliki keahlian di bidang yang sangat langka di Indonesia, bahkan di dunia. Rekam jejak Wewene Kawanua ini menunjukkan bahwa ia memiliki 3 (tiga) kriteria sebagai seorang Noni Kawanua berprestasi yaitu Brain, Beauty, and Behaviour.

Editor : Jimmy Endey

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *