Pengasuh Ponpes Islamic Centre Binbaz : Radikal itu suatu sikap dan pemikiran bukan uku

Jurnal123.com – Kunjungan rombongan Mabes Polri ke pondok Pesantren Ponpes Islamic Centre Binbaz di Yayasan Majelis At Turots Al Islami di Jalan Km 10 Karanggayam Sitimulyo,Pinyuan , Bantul DIY direspon baik segenap warga Pesantren. Radikal itu suatu sikap dan pemikiran
bukan uku yang sikapnya memaksakan itu adalah solat, hampir orang-orang itu sikap memaksakan sikap ,intinya pakai dalil semuanya pakai dalil kita tidak memaksa orang yang lain.
Pengasuh Ponpes Islamic Centre Binbaz, Ustad Abu Nida di temui di Yayasan Majelis At Turots Al Islami di Jalan Km 10 Karanggayam Sitimulyo,Pinyuan , Bantul DIY, Kamis (10/10/2019) lalu mengatakan radikal itu suatu sikap dari pemikir bukan dari uku . kalau Uku itu jadi sikapnya memaksakan Solat, Solat Jamaah melekat..” Ini memang berbeda hidup dengan hidup alias sunah jamah terserah saja yang betul orang-orang mengatakan kita Wahabi, karena kita tidak tandingan itu sebelum kita lahir sudah ada. , hampir orang-orang itu sikap memaksakan sikap ,intinya pakai dalil semuanya pakai dalil kita tidak memaksa orang yang lain,” ujarnya.
Selanjutnya, Abu Nida menegaskan ya itu kegiatan kita.Kita harus dapatkan nilai 8 atau 9 kalau itu tidak nilai seperti itu tidak lulus dibanding dengan ijasah negeri. itu berkualitas. Anak-anak Kita ada yang ke Madina , ada yang ke UGM karena ada lulusan IPA , ada yang lain. Ada yang khusus sampai kitab kuning. Kita punya cabang sampai 19 Cabang.. “Mungkin masing tetap.dan kita sudah sebar profil supaya tahu. Kita berprisip dan saya sampai berpikir definisi nasionalisme kalau negara seragam didepan. Kalau toko kita punya jurusan dagang. bagaimana, keamanan itu ,jangan takut menjalankan syairat Islam supaya tidak takut menjalankan syairat, ” tegasnya.
Untuk itu, Abu Nida menjelaskan kan tidak perlu takut itu menghormati orang tua, orang mau masuk sorga berarti kita harus menghormati orang tua. menghormati orang tua dari anak itu nama Syairat.Paham engga nanti pulang dari sini bahkan saya mengatakan kita buka, negara isilam tetapi negara oarang lain islam.Ini sudah masyarakat Islam , ini sudah masyarakat Islam , ini suhda negara muslim.” Yang saya takut itu alquran. Demokrasai itu, Pancasila boleh yang jelas masyarakat, ini masyarakat Islam.. Syaidrat tidak akan bertentangan dengan akal adat manusia dengan tidak akan bertentangan. Yang bertentangan orang yang dipukuli,”.jelasnya .
Lebih jauh, Abu NIda merinci jadi tidak usah takut dengan islam. Mungkin yang ditakuti bapak-bapak ini merubah Pancasila kenapa dirubah, banyak orang begini-begini masih merokok, sekaligus disini pengajian menegakan syariat, tapi syarat yang mana. “Hak negara jangan dikuitik, terima tamu monggo, tetaps aja kasih air. koq kuarng nasionalis karrna tidak paham. Dulu tetap komunikasi, negara bingung dan kita juga binggung.Unjuk rasa dijamun oleh Undang-undang kebebasan berpendapat, menyampaikan pendapat dijamin oleh Undang-undang dalam kok,” rincinya,
Seiirng dengan itu, Abu Nida mengungkapkan jadi kalau kita disini dari PAUD hingga Perguruan Tinggi dan kita berkembang terus dan sedang proses tanah dinatas disitu 25 ha, itu tanah Sri Sultan. Disini tidak usah diragukan kerja sama istilah Ulama tetap seiiring dan itu bukan jajahan.. negara bingung dan kita juga binggung aman semuanya.” Tidak perlu tanya anpa sih isinya, kalau ditanya bapak Presiden. Lantik saja Bapak Presiden sudah ditetapkan dan lantik saja. Hati -hati aja jangan ada kekerasan dan jangan tembakin orang. Kita juga Pekerjaan Rumah karena apa, apa lagi kalau kita nonton di LC ada paska kalau ada saja yang terjadi Surya tidak berhendti , Yaman tidak berhenti sampai sekarang terus saja. Kalau sudah hancur lama sekali untuk dibangun 1 bulan 5 tahun tidak akan selesai. ya tidak perlu wartawan itu tanya. bisa makan kalau tidak mati. memang itu diperselisihkan , saya disuruh menghormat bendera, kalau saya lakukan asal beliau tanggung jawab.Ini masih masa Kilaf wo . Untung saja petani tidak ada yang upacara, tetapi yang upacara bangsa asing. Engga dicara sudah selesai,”.( Vecky Ngelo)