Metropolitan

Diduga Aktor Intelektual, Budiono Ditangkap


Anggota Brimob bersitegang dengan massa di Jalan Wahid Hasyim, Jakarta, Rabu (22/5/2019). Petugas kepolisian terus mendorong massa yang pendemo yang masih bertahan di Gedung Bawaslu. TRIBUNNEWS/IRWAN RISMAWAN (TRIBUNNEWS/IRWAN RISMAWAN)

Jurnal123.com – Sekretaris Yayasan Bina Saraba Al Ittihaad, Budiono ditangkap jajaran Polda Metro Jaya karena diduga menampung massa aksi 22 Mei 2019 di Masjid Raya Al Ittihaad, Tebet, Jakarta Selatan, Selasa (21/5/2019).

Dia ditangkap pada Senin (20/5/2019) sekitar pukul 24.00 di kediamannya.

Dia disebut diperiksa selama 2×24 jam sejak hari penangkapannya.

Kompas.com merangkum empat fakta penangkapan Budiono.

Berikut fakta-faktanya:

1. Polisi jemput Budiono

Wakil Sekretaris Yayasan Bina Sarana Al Ittihaad, Rustam Amiruddin membenarkan bahwa polisi menjemput untuk menahan Budiono.

Dia menduga, Budiono ditahan lantaran menggunakan Masjid Al Ittihaad untuk menampung massa aksi 22 Mei.

“Kemungkinan ya, karena belum jelas juga,” ucap Rustam.

2. Polisi geledah kamar Budiono

Budiono dijemput sepuluh hingga 15 polisi dari Polda Metro Jaya.

Mereka datang ke kediaman Budiono menggunakan tiga mobil.

Rustam mengatakan, Budiono dijemput dan diperlakukan baik-baik oleh pihak kepolisian.

Polisi juga sempat membacakan surat penahanan atas nama Budiono.

“Ada suratnya cuma dibacakan, enggak dikasih sama mereka,” kata Rustam.

Polisi juga menggeledah kamar Budiono.

Dari hasil penggeledahan, polisi membawa beberapa barang bukti, seperti telepon genggam.

3. Budiono ditangkap, massa diminta pindah

Rustam membenarkan massa mendatangi Masjid Al Ittihaad sebelum aksi 22 Mei.

Massa datang dari Surabaya, Jawa Timur dan Jawa Barat.

Pada malam harinya, polisi menangkap Budiono.

Kemudian, massa yang awalnya ditampung di masjid tersebut diminta pindah.

“Saya bilang jangan dulu di Al Ittihaad deh. Cari tempat lain dulu,” ujarnya.

4. Yayasan bantah terlibat aksi 22 Mei

Rustam memastikan yayasannya tidak terlibat aksi 22 Mei.

Di samping itu, ia membenarkan bahwa Masjid Raya Al Ittihaad sering dipakai tempat singgah massa aksi 212 dan 411.

“Kita itu termasuk salah satu masjid yang menampung massa dari luar kota, tetapi, kan, itu waktu 411 dan 212. Jadi untuk besok enggak masuk ke masjid kita. Kita enggak terlibat,” kata Rustam.

Sumber: Kompas.com

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *