Ekonomi

Unilever Dikabarkan Akan Melepas Blue Band

Ilustrasi Logo Blue Band
Ilustrasi Logo Blue Band

JURNAL123, JAKARTA.
PT Unilever Indonesia Tbk (UNVR) dikabarkan bakal menjual salah satu mereknya, yaitu Blue Band. Mengutip KONTAN, penjualan merek itu karena perusahaan ingin fokus pada bisnis makanan sehat.

Sinyal ini semakin kuat. Pasalnya, pada 7 September lalu, gurita bisnis Unilever mengakuisisi Pukka Herbs Ltd. Pukka Herbs bermarkas di Inggris. Perusahaan ini memproduksi minuman teh herbal organik.

Direktur Unilever Indonesia Sancoyo Antarikso tak menampik kabar tersebut. Namun, ia tidak memberikan keterangan secara spesifik apakah merek Blue Band yang bakal dijual atau ada merek lain.

Namun yang pasti, pelepasan merek Blue Band ini bukan hanya semata-mata perusahaan yang ingin fokus ke bisnis makanan sehat, tapi demi menggenjot margin yang lebih baik.

Hal ini merujuk pada pernyataan Paul Polman, Chief Executive Officer Unilever NV beberapa waktu lalu.

Grup Unilever tengah berupaya memberikan nilai tambah yang lebih besar kepada para pemegang saham. Caranya, dengan meningkatkan margin.

Unilver NV menargetkan mampu mencapai margin operasi 20 persen pada 2020 mendatang. Posisi margin saat ini sekitar 16 persen.

Tentu, restrukturisasi melalui skema efisiensi perlu dilakukan guna mencapai target tersebut.

Langkah ini sudah dilakukan sejak 2015 silam dengan memisahkan segmen bisnis baking, cooking, dan spreads, supaya lebih bisa fokus pada bisnisnya.

Hasilnya mulai bisa dirasakan. Efisiensi yang diharapkan mulai terlihat. Tapi, hasil ini tidak terlihat di pasar negara berkembang.

“Oleh karena itu, kami sekarang memutuskan untuk mempertimbangkan apakah akan menjual atau melakukan merger lini spreads,” ujar Paul. Asal tahu saja, spreads merupakan segmen makanan oles, seperti selai dan juga mentega.

Chief Financial Officer (CFO) Unilever NV Graeme Pitkethly menambahkan, proses penawarannya dimulai pada musim gugur. Musim gugur di Inggris berarti berlangsung selama periode September hingga November di Indonesia.

“Kami harapkan sudah memiliki kesepakatan yang mengikat pada akhir tahun,” kata Graeme.

Sayang, Sancoyo enggan berkomentar lebih lanjut terkait hal ini.

Sedikit gambaran, Unilever Indonesia selama menjalani bisnisnya di Indonesia mengklasifikasikan pendapatannya ke dalam dua segmen, yakni kebutuhan rumah tangga dan makanan & minuman.

Berdasarkan laporan keuangan perusahan semester I 2017, segmen makanan & minuman Unilever Indonesia mencatat penjualan Rp 7,11 triliun dengan posisi laba kotor Rp 3,25 triliun.

Artinya, margin kotor dari segmen ini sekitar 45 persen. Angka itu lebih kecil dibanding segmen kebutuhan rumah tangga yang bisa memberikan margin kotor hingga 54 persen.

Sumber : Kontan.co.id

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *