Nusantara

Konferensi Nasional Umat Katolik Serukan Revotalisasi Pancasila

Konferensi Nasional Umat Katolik Di Jakarta
Konferensi Nasional Umat Katolik Di Jakarta

JURNAL123, JAKARTA.
Konferensi Nasional Umat Katolik Indonesia selesai digelar di Aula Unika Atmajaya Jakarta, Sabtu (12/8/2017). Sesuai temanya, konferensi tersebut melahirkan sejumlah pemikiran yang berguna untuk merawat Pancasila dan Kebinekaan.

“Umat Katolik Indonesia mempertegas bahwa para pendiri bangsa dengan sangat tepat dan benar telah mewariskan Pancasila kepada bangsa Indonesia,” ujar Ketua Panitia Muliawan Margadana dalam siaran pers.

“Hanya Pancasila yang dapat menjadi dasar negara dan falsafah kehidupan bangsa Indonesia yang sangat multikultur,” tambah Muliawan.

Muliawan mengatakan, KWI melihat pertentangan antara nilai mayoritas dan minoritas, antara Muslim dan non-Muslim, intoleransi, radikalisme, pendukung dan menolak Pancasila tidak hanya memunculkan keprihatinan dan kekhawatiran.

Dalam sesi paralel, setidaknya ada beberapa butir pemikiran yang muncul. Hal itu mencakup kehidupan bernegara dan bermasyarakat bagi umat Katolik.

Salah satu perwakilan Konferensi Wali Gereja Indonesia, Adrianus Meliala, mengatakan, hal yang utama bahwa umat Katolik Indonesia harus bisa menjadi model atau contoh bagi orang lain dalam mengamalkan Pancasila.

Kemudian, hasil pemikiran lainnya, umat Katolik ditekankan untuk menghargai umat Islam sebagai pemeluk agama mayoritas yang telah rela memberikan ruang bagi umat agama lain untuk menjalankan ibadah dan memeroleh hak yang sama.

Selain itu, umat Katolik diajak untuk bersama-sama melawan radikalisme. Salah satunya, mewaspadai berkembangnya paham radikalisme melalui media sosial.

“Partisipasi politik umat Katolik Indonesia yang signifikan adalah niscaya dalam pikiran, perkataan dan terutama perbuatan,” kata Adrianus.

Pakar etika dan filsafat Sekolah Tinggi Filsafat Driyakara, Franz Magnis Suseno, menjadi salah satu pembicara dalam Konferensi Nasional Umat Katolik Indonesia “Revitalisasi Pancasila” yang digelar Konferensi Wali Gereja Indonesia (KWI)

Dalam konferensi itu, Franz Magnis menyebut bahwa Pancasila bisa dipahami sebagai pengorbanan seseorang terhadap individu lain. Menurut dia, yang tersirat dalam Pancasila adalah kesediaan untuk saling menerima satu sama lain.

“Bahwa semua mengakui identitas kekhasan masing-masing komunitas di dalam bangsa majemuk. Tidak ada yang mengatakan semua harus seperti kami,” ujar Franz Magnis di Gedung Unika Atma Jaya Jakarta.

Kesimpulan lain dari konferensi ini adalah hasil kajian dari empat perguruan tinggi Katolik. Keempatnya yakni, Universitas Katolik Atmajaya Jakarta, Universitas Katolik Atma Jaya Yogyakarta, Universitas Katolik Soegijapranata, dan Universitas Katolik Parahyangan Bandung.

Masing-masing perguruan tinggi meminta Unit Kerja Presiden Pembinaan Ideologi Pancasila (UKP-PIP) bekerja sama dengan berbagai lembaga negara yang memiliki tugas pokok dan fungsi mengkaji soal kebangsaan. Sebagai lembaga yang muncul belakangan, UKP-PIP dinilai perlu bersikap terbuka kepada lembaga lain.

Kalangan perguruan tinggi menilai pusat studi atau laboratorium Pancasila perlu dimiliki setiap tempat pendidikan, khususnya perguruan tinggi. Dengan begitu, tempat pendidikan dapat terus-menerus mengeksplorasi, mengevaluasi dan mencari visi baru pengembangan metode pendidikan Pancasila.

Perguruan tinggi menganggap melestarikan budaya dan seni adalah salah satu strategi untuk merawat Pancasila. Terus melestarikan budaya yang multikultural dinilai efektif untuk mengingatkan arti penting Pancasila bagi persatuan.

Terakhir, dalam pendidikan politik Pancasila, setiap umat Katolik perlu secara bersama-sama membangun satu atau dua program aksi yang menyangkut masalah kemasyarakatan.

“Agar muncul keteladanan, pembiasaan dan motivasi bagi banyak orang, diperlukan konsistensi dan aksi refleksi perihal manfaat yang diperoleh,” kata Adrianus.

Konferensi dihadiri juga Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Ignasius Jonan, Menteri Pertahanan Jenderal TNI (Purn) Ryamizard Riacudu, serta Menteri Komunikasi dan Informatika Rudiantara.(KOM)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *