Nusantara

Kapolri Jenderal Tito Karnavian Beri Kuliah Umum Di ITB Tentang Kebhinekaan

tmp_32568-750x500-kapolri-jenderal-tito-berikan-kuliah-umum-tentang-kebhinekaan-di-itb-1703085-1175479959
Kapolri Jenderal Tito Karnavian Saat Menyampaikan Kuliah Umum Di Kampus ITB (Foto Merdeka Online)

JURNAL123, BANDUNG.
Orang nomor satu di institusi kepolisian Republik Indonesia ini ternyata memiliki kemampuan intelektual yang memadai hal tersebut terlihat dari penyampaian kuliah umun di salah satu kampus terbaik di negeri ini.
Kapolri Jenderal Tito Karnavian memberikan kuliah umum di kampus Institut Teknologi Bandung (ITB), Jalan Ganesha, Rabu (8/3/2017). Tito menyampaikan kuliah umum bertema ‘Tantangan Kebhinekaan dalam Era Demokrasi dan Globalisasi’.

Mengawali paparannya, Tito menyebut bahwa kebhinekaan menjadi salah satu hal sangat penting. Menurut dia, bangsa Indonesia merupakan negara yang sangat unik karena memiliki banyak keberagaman, mulai dari suku, adat istiadat, ras dan agama.

“Tidak ada bangsa di dunia yang memiliki sedemikian banyak diversity (keberagaman). Mulai perbedaan suku, segenap adat istiadat, budaya, bahasa dan lain-lain. Kemudian banyak agama-agama yang dipraktikkan dan dipeluk oleh bangsa Indonesia,” ujar Tito di hadapan civitas akademika ITB.

Tito mengatakan, salah satu keunikan Indonesia, meski Indonesia merupakan negara dengan mayoritas beragama Islam, namun di beberapa wilayah agama Islam bukan mayoritas. Dia mencontohkan seperti di Bali yang mayoritasnya beragama Hindu. Begitu juga di Papua yang beragama Nasrani.

Menurut dia kondisi ini berbeda seperti di negara Malaysia dimana agama Islamnya merupakan agama mayoritas di semua wilayah. Begitu juga di Arab Saudi yang merupakan negara yang homogen.

“Beda dengan bangsa kita, belum lagi perbedaan keturunan ras Arab, Eropa, India ada keturunan Tionghoa. Tapi semua itu terekat dalam ikatan kesatuan. Maka disebut Bhineka Tunggal Ika,” katanya.

Tito mengungkapkan, keberagaman merupakan sebuah kekuatan bahwa perbedaan suku, agama, perbedaan ras itu menjadi bagian dari bangsa Indonesia. Dia menekankan bahwa keberagaman bukan sesuatu yang terjadi secara alami tetapi dikelola oleh pemerintah dan masyarakatnya.

Ancaman kita saat ini ekonomi. Maka itu, negara dibentuk untuk berkewajiban menyejahterakan rakyat,” ucapnya.

Tito menuturkan kemunculan kelompok kelas masyarakat, yang terdiri dari kelas atas (high class), kelas menengah (middle class), dan kelas bawah (low class), dapat mengganggu kebinekaan di Indonesia.

Kecemburuan sosial dari kelompok low class bila terus dibiarkan akan menimbulkan gejolak yang berujung mengusik keutuhan keberagaman.

“High class mendominasi terhadap low, maka middle harus bangun untuk menjadi penyeimbang high dan low. Jadi kelas menengah harus bangkit membentuk pressure grup yang mengawasi dan mengoreksi high class agar tak mendeteksi low. Kalangan middle dapat memperkuat low dalam bidang edukasi. Middle class yang utama ialah kaum intelektual dan intelektual kampus,” tutur Tito.

Faktor kedua yang mengancam kebinekaan Indonesia ialah urusan eksternal, yang berkaitan dengan ragam persoalan di negara luar. Tito menjelaskan saat ini dunia tengah menghadapi sejumlah fenomena, yakni demokratisasi, liberalisasi, dan globalisasi.

Menurut Tito, kekuatan Barat kini tengah memegang hegemoni dan China menjadi calon super power. Indonesia, sambung Tito, harus berada di posisi tengah.

“Kita (Indonesia) harus bermain cantik. Tidak memusuhi, tapi mengambil keuntungan dari dua-duanya. Lalu kelompok gerakan Islam dunia harus bisa bersatu. Jangan sampai pecah belah, seperti Irak dan Mesir,” ujar Tito

“Saya mengajak jangan menganggap bahwa kebhinekaan itu hal yang terjadi secara alami, tetapi ini dikelola dan harus terus dikelola oleh generasi bangsa ke depan. Kalau kita tidak berusaha mengelola menganggap begitu begitu saja maka di tengah gejolak dinamika yamg terjadi dan di tengah dunia yang terus berubah ini justru menjadi potensi kerawanan perpecahan,” katanya.

Kedatangan Tito ke ITB didampingi Kapolda Jabar Irjen Pol Anton Charliyan, Kadiv Humas Mabes Polri Irjen Pol Boy Rafli Amar. Kedatangan Tito disambut Gubernur Jabar Ahmad Heryawan dan Wakil Rektor Bidang Akademik dan Kemahasiswaan Bermawi Priyatna Iskandar.(MER)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *