Awal Tahun IHSG Menguat, Rupiah Melemah
JAKARTA, JURNAL123.
Menguatnya bursa Asia dan optimisme pasar menyambut pasar keuangan pada 2015 membuat indeks kembali menguat.
Indeks harga saham gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia pada perdagangan hari ini menguat 15,82 poin (0,3 persen) ke level 5.242,77.
Analis PT Reliance Securities, Lanjar Nafi Taulat Ibrahimsyah, mengatakan pembukaan pasar Asia yang positif pada hari pertama tahun baru ikut mempengaruhi IHSG. Selain itu, perdagangan efek yang dibuka langsung oleh Presiden Joko Widodo menambah optimisme pelaku pasar. “Indeks melanjutkan tradisinya menguat di hari pertama perdagangan setiap awal tahun.”
Euforia menyambut tahun baru berhasil menjaga laju positif IHSG yang telah menguat selama empat hari berturut-turut sejak 23 Desember 2014. Penguatan indeks saham ini cukup mampu menutup sentimen negatif dari memburuknya data-data ekonomi pada awal bulan. Inflasi Desember melonjak ke 2,5 persen dan neraca perdagangan kembali defisit US$ 250 juta.
Menurut Lanjar, selain euforia awal tahun, pasar juga merespons positif kebijakan subsidi tetap yang berimbas penurunan harga BBM bersubsidi jenis Premium ke Rp 7.600 per liter. Dengan adanya subsidi tetap, mekanisme subsidi BBM akan menyesuaikan dengan harga pasar. “Artinya, dana yang akan dialokasikan pemerintah untuk pembangunan infrastruktur tidak akan dikoreksi.”
Lain di pasar saham, lain pula di pasar uang. Rupiah justru kembali keok terhadap dolar Amerika. Pada transaksi hari ini, rupiah turun tajam 158 poin (1,27 persen) ke level 12.545 per dolar Amerika. Rupiah melemah seiring dengan penguatan indeks dolar terhadap mata uang utama dunia.
Analis PT Monex Investindo Futures, Ariston Tjendra, mengatakan defisit perdagangan menjadi faktor utama yang menyebabkan rupiah melemah. “Pasar kecewa karena defisit perdagangan semakin membengkak, padahal sebelumnya estimasi pasar memperkirakan surplus tipis.”
Menurut Ariston, defisit perdagangan ini menunjukkan bahwa efek turunnya harga minyak mentah dunia mulai terasa. Harga minyak mentah dunia yang terus melemah sejak awal kuartal keempat 2014 memicu tekanan terhadap harga komoditas. “Sebagai negara yang mengandalkan ekspor berbasis komoditas, Indonesia sangat terbebani turunnya harga minyak dunia.”(TCO)