Gairah Investor Menurun
JAKARTA, JURNAL123.
Tingkat risiko para investor tampaknya menurun akibat berita-berita yang kurang kondusif di pasar keuangan global. Para investor melepaskan saham dan mencari instrumen investasi yang lebih aman. Pasar saham di kawasan Asia kembali merosot pada perdagangan Kamis (11/12) ini. Harga minyak juga tidak mampu bertahan dan terus menurun.
Sementara nilai tukar dollar Amerika Serikat melemah dibandingkan yen dan euro setelah imbal hasil obligasi AS menurun. Sementara itu, di dalam negeri, investor menantikan keputusan tentang suku bunga acuan atau BI Rate.
Indeks MSCI Asia Pasifik di luar Jepang turun 0,2 persen. Penurunan harga minyak juga tidak dapat terbendung. Harga saham-saham energi di Wall Street terseret turun sehingga membuat indeks melemah.
Saham termasuk instrumen investasi yang berisiko tinggi. Berita-berita buruk pada pasar saham membuat investor mengalihkan dananya pada instrumen lain yang berisiko lebih rendah, seperti obligasi dan pasar surat utang. Investor dari negara berkembang juga keluar sementara, mengantisipasi kenaikan tingkat suku bunga di AS.
Harga minyak mentah global turun lagi 5 persen setelah data menunjukkan bahwa permintaan minyak di AS melemah, sementara Arab Saudi tidak berniat memangkas produksinya.
Harga minyak Brent, yang menjadi patokan, turun lagi 3,9 persen menjadi 64,24 dollar AS per barrel. Harga itu merupakan yang terendah sejak Juli 2009. Sementara harga minyak mentah jenis West Texas Intermediate (WTI) turun lagi 4,5 persen menjadi 60,94 dollar AS per barrel.
Pejabat Iran memperingatkan bahwa harga minyak dapat turun menjadi di bawah 40 dollar AS per barrel jika persatuan di Organisasi Negara Pengekspor Minyak (OPEC) terpecah. Harga obligasi yang diterbitkan negara- negara pengekspor minyak ikut turun bersamaan dengan penurunan harga minyak.
Di pasar saham, indeks Nikkei Tokyo juga melempem 1,6 persen berbalik menjauh dari titik tertinggi dalam 7,5 tahun terakhir yang dicapai pada awal pekan ini. Penguatan kurs yen terhadap dollar AS tampaknya belum berakhir. Dollar AS menurun 0,1 persen menjadi 117,610 yen.
”Pasar ekuitas sedang mencari keseimbangan baru setelah sebelumnya mencapai posisi tertingginya. Artinya, ada pelemahan dalam jangka pendek ini,” ujar strategis di Barclay dalam catatannya kepada para nasabah.
BI Rate
Hari ini, Dewan Gubernur Bank Indonesia (BI) mengadakan pertemuan. Salah satu yang dibahas adalah mengenai tingkat suku bunga acuan. Setelah kenaikan harga bahan bakar minyak bulan lalu, BI menaikkan BI Rate menjadi 7,75 persen untuk mengendalikan inflasi. Inflasi pada November 2014 tercatat sebesar 1,5 persen.
”Saya memproyeksikan BI Rate masih akan dipertahankan di level 7,75 persen. Itu didasari pertimbangan dampak kenaikan harga BBM bersubsidi terhadap inflasi hanya bersifat temporer,” ujar Kepala Riset BNI Treasuri Nurul Eti.
Para analis dan ekonom memperkirakan BI Rate tidak naik lagi pada pertemuan kali ini. ”Tujuan BI adalah memerangi inflasi. Sebenarnya mereka sudah sukses melakukan itu. Itu bisa dilihat dari inflasi November yang ternyata hanya 1,5 persen di bawah perkiraan banyak orang yang memperkirakan inflasi bakal di atas 2 persen. Saya sedikit berharap BI Rate bisa diturunkan lagi, karena inflasi sudah terjaga. Perkara rupiah melemah, itu, kan, karena sentimen global terhadap mata uang emerging market, bukan karena ekonomi kita sedang buruk,” ujar Kepala Riset Universal Broker Satrio Utomo.
Kurs dollar AS terhadap rupiah, menurut data Jisdor, tetap stabil pada posisi Rp 12.336, seperti posisi kemarin. Dollar AS diperkirakan kembali menguat terhadap beberapa mata uang utama dunia lainnya, termasuk rupiah, seiring sentimen negatif global terkait pemangkasan outlook produksi minyak oleh OPEC di tahun depan karena turunnya permintaan.
Pemerintah melalui Direktorat Jenderal Pengelolaan Utang akan mengadakan lelang debt switch pada hari ini. Obligasi yang dapat ditawarkan adalah surat utang negara dengan tenor 1 hingga 5 tahun yang dapat ditukar dengan obligasi seri benchmark.
”Diharapkan, lelang ini akan dapat memberikan sentimen positif terhadap pergerakan rupiah hari ini,” ujar Nurul Eti lagi. Di pasar saham, pada penutupan sesi pertama hari ini, indeks ditutup turun 0,26 persen menjadi 5.152. (REU/KOM)