Nadiem Klarifikasi, Sekolah Penggerak Beda Dengan Sekolah Unggulan
Jurnal123.com || Jakarta – Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Nadiem Makarim menyanggah pendapat yang menyatakan program Sekolah Penggerak yang ia luncurkan awal pekan ini tak beda dengan konsep sekolah unggulan yang selama ini berlaku di Indonesia.
“Ini bukan sekolah unggulan, kita tidak akan lakukan itu. Karena yang penting buat kita deltanya, perubahannya,” katanya melalui siaran langsung di Youtube Kemendikbud RI, Senin (1/2).
Ia menjelaskan program Sekolah Penggerak akan memberikan pendampingan dan dukungan kepada sejumlah sekolah yang diharapkan dapat memicu transformasi di dunia pendidikan.
Jadi sekolah ini nantinya akan diberikan anggaran dan pendampingan khusus baik dari Kemendikbud dan pemerintah daerah setempat selama tiga tahun ajaran penuh.
Harapannya, kata Nadiem, dalam waktu tiga tahun itu sekolah akan menunjukkan proses dan capaian pembelajaran yang lebih dari rata-rata, baik dari sisi kemampuan literasi, numerasi hingga karakter siswa.
Nadiem memaparkan untuk tahun ini, program Sekolah Penggerak hanya akan merekrut 2.500 sekolah di 111 kabupaten/kota di 34 provinsi. Nadiem menegaskan sekolah yang dipilih bukan berdasarkan capaian pembelajaran yang baik atau tingkat sosial ekonomi tertentu. Ia berjanji akan memilih sekolah dengan kondisi yang bervariasi.
“Kita juga tidak akan mengubah input anak yang masuk sekolah itu. Itu harus kita kontrol dengan variabel, sama dengan PPDB (Penerimaan Peserta Didik Baru). Jadi tidak boleh ada pemilihan siswa yang beda dari normal,” tutur mantan bos Go-jek tersebut.
Tahapan Penilaian Sekolah Penggerak
Dia mengatakan penilaian kemampuan dan capaian sekolah nantinya dikategorikan dalam empat tahapan.
Tahap pertama adalah level terbawah, yakni sekolah yang kemampuan literasi serta numerasi siswa masih di bawah rata-rata, dan norma perundungan lazim ditemukan. Selain itu, pembelajaran juga masih mengalami gangguan.
Selanjutnya, pada tahap kedua sekolah sudah mengalami peningkatan kemampuan literasi dan numerasi siswa mendekati harapan. Pada sekolah itu masih ditemui perundungan, namun sudah tak lazim seperti sebelumnya. Tapi, pada tahap ini pembelajaran belum memperhatikan kemampuan siswa.
Sementara pada tahap ketiga kemampuan literasi dan numerasi siswa di sekolah sudah sesuai harapan. Perundungan tidak terjadi dan pembelajaran menyesuaikan kemampuan siswa. Guru juga sudah mulai melakukan refleksi diri dan perbaikan pembelajaran.
Dan yang terakhir, pada tahap keempat kemampuan literasi dan numerasi siswa berada di atas rata-rata yang diharapkan. Situasi sekolah aman, nyaman dan menyenangkan. Pembelajaran berpusat pada siswa. Serta terjalin komunitas antara guru, kepala sekolah, hingga sekolah lain untuk saling belajar.
Pada program ini Kemendikbud akan merekrut sekolah negeri maupun swasta dengan kemampuan di tahap 1, 2 dan 3 secara merata. Kemudian, ia mengharapkan setelah tiga tahun pendampingan, sekolah-sekolah tersebut sudah naik tahapan.
Nadiem menyebut terdapat lima intervensi yang bakal dilakukan terhadap sekolah yang mengikuti program ini. Lima intervensi itu adalah penguatan sumber daya manusia, pembentukan paradigma belajar yang baru, perencanaan berbasis data, digitalisasi sekolah, dan pendampingan pemerintah pusat kepada pemerintah daerah.
“Jadi ini awal perjalanan 10-15 tahun ke depan sampai mencapai semua sekolah jadi sekolah penggerak,” ucap dia.
Hingga Tahun ajaran 2024/2025 atau pada akhir masa jabatan Nadiem, diharapkan sudah terbentuk 40 ribu sekolah penggerak di 514 kabupaten/kota pada 34 provinsi.
Cara Pendaftaran Sekolah Penggerak
Semua sekolah bisa mendaftarkan diri dalam program ini, asalkan daerahnya ditetapkan sebagai kabupaten/kota yang turut serta dalam program tahun ini. Pendaftaran bisa dilakukan melalui https://sekolah.penggerak.kemdikbud.go.id/pendaftaran-sekolah-penggerak hingga 6 Maret 2021.
Sebelumnya, Mendikbud Nadiem Makarim membuat serangkaian program pelatihan dan pendampingan di dunia pendidikan dengan tajuk penggerak. Mulai dari Organisasi Penggerak, Guru Penggerak hingga Dosen Penggerak.
Namun sejumlah pemerhati pendidikan khawatir program tersebut pada akhirnya jadi tumpang tindih karena berpusat pada pelatihan. Sementara adanya Program Penggerak diduga akan memunculkan sekolah unggulan yang ingin dihilangkan pemerintah.
Sebelum program ini resmi diluncurkan, Nadiem sudah beberapa kali menjelaskan konsep Sekolah Penggerak. Ia kerap mengatakan Sekolah Penggerak akan memiliki persentase Guru Penggerak yang lebih banyak dibanding sekolah pada umumnya.(CIN)