Editor Metro TV Yodi Prabowo Diduga Kuat Bunuh Diri
Jurnal123.com – Akhirnya misteri tewasnya editor Metro TV Yodi Prabowo terungkap. Hasil analisa kepolisian menyebutkan bahwa Yodi bukan korban pembunuhan tapi bunuh diri. Hal ini diketahui berdasarkan beberapa penyelidikan serta analisa sesuai data yang diperoleh penyidik polisi.
Korban diduga bunuh diri dengan pisau yang dibelinya di sebuah toko. Korban meninggal akibat empat luka tusuk di dada dan di leher.
“Ada beberapa analisa yang mau kami sampaikan. Penyidik menyimpulkan yang bersangkutan diduga kuat bunuh diri,” kata Direktur Reserse Kriminal Umum Polda Metro Jaya, Komisaris Besar Polisi Tubagus Ade Hidayat di Markas Polda Metro Jaya, Sabtu, 25 Juli 2020.
Dalam hal ini, lanjutnya, hasil analisis memang menunjukkan korban meninggal karena bunuh diri. Lima hasil analisis tersebut adalah berdasarkan olah tempat kejadian perkara, hasil Laboratorium Forensik Polri, hasil Kedokteran Forensik, analisis para saksi dan ahli, serta hasil CDR.
“Dari olah TKP, hasil labfor, kedokteran forensik, analisa para saksi dan ahli serta CDR,” katanya.
Rekaman Yodi Prabowo Beli Pisau Kuatkan Dugaan Bunuh Diri
Penyidik gabungan Polda Metro Jaya dan Polres Metro Jakarta Selatan, menyimpulkan editor Metro TV Yodi Prabowo meninggal dunia diduga kuat karena bunuh diri menggunakan sebilah pisau. Berdasarkan hasil penelusuran, Yodi membeli sendiri pisau itu di salah satu toko yang menjual peralatan rumah tangga, Ace Hardware.
Direktur Reserse Kriminal Umum Polda Metro Jaya Komisaris Besar Polisi Tubagus Ade Hidayat mengatakan, pada saat olah TKP jenazah korban ditemukan dalam posisi telungkup dan di baliknya ditemukan sebilah pisau.
“Pisau terletak di bawah badan korban, kalau kita lihat foto yang sudah beredar di rekan-rekan media, dari atas, tangan korban tidak terlihat. Ini asumsinya tangan korban tertindih dan di bawahnya ada pisau. Penyidik menduga kuat bahwa pisau itulah yang digunakan sebagai alat untuk melukai korban,” ujar Tubagus.
Lalu dari mana datangnya pisau yang diduga kuat dipakai untuk melukai korban?
Tubagus menyampaikan, penyidik melakukan penelusuran. Hasil analisa dan pelacakan, pisau itu memiliki merek khusus yang diduga hanya dijual di Ace Hardware.
“Dari mana datangnya pisau ini, kemudian kita masuk kepada bukti pendukung yang pertama adalah CCTV di Ace Hardware yang ada di Rempoa. Pisau tersebut memiliki merek khusus, kemudian penyidik melakukan penelusuran yang menjual hanya toko itu,” ungkapnya.
Kemudian, penyidik melakukan pendalaman ada berapa pisau yang laku dalam satu pekan belakangan. Didapatkan keterangan hanya satu transaksi pembelian.
“Kapan itu? Kemudian dilakukan pemeriksaan CCTV-nya didapatkan fakta bahwa yang membeli pisau ini adalah korban sendiri, di CCTV ada,” katanya.
Menurut Tubagus, pada saat membeli pisau itu, korban menggunakan pakaian yang sama pada saat jenazah ditemukan. “Jadi pisau itu digunakan sebagai alat, dibelinya sendiri. Apa buktinya CCTV, bukti bon dan semuanya struk sampai ke tempat parkir ada, bagaimana dia masuk dan keluar,” jelasnya.
Yodi, tambah Tubagus, hanya 8 menit berada di toko itu. Begitu masuk dia langsung menuju ke rak pisau.
“Kami sampaikan bahwa waktu dia masuk sampai dengan keluar hanya 8 menit. Bisa saya jelaskan begitu masuk langsung menuju ke tempat di mana pisau itu dipajang, agak lama 2 menit di situ, kemudian bergerak menuju kasir melakukan pembayaran, menuju ke tempat parkir, dan meninggalkan tempat.
Artinya dari fakta itu hanya satu yang dicari di toko itu yaitu, pisau dengan asumsi masuk hanya 8 menit, menuju ke tempat pisau, selesai memilih ke kasir, kemudian ke tempat parkir dan meninggalkan tempat menuju ke kantornya,” tandasnya.
Berdasarkan data yang dihimpun, korban pertama kali ditemukan oleh seorang saksi setelah melihat sepeda motor di sebuah warung bensin dalam keadaan mesin sudah dingin. Beberapa saat kemudian, sejumlah anak yang sedang bermain layangan di pinggir jalan tol melihat ada sesosok mayat laki-laki yang tergeletak.
Kendati menyimpulkan Yodi meninggal akibat bunuh diri, penyidik tetap membuka diri apabila ada informasi lain dan akan melakukan penyelidikan lebih lanjut.
“Kami tetap buka diri kalau memang ada informasi dan sebagainya. Fakta yang kami himpun dari pemeriksaan, dari olah TKP, dari pemeriksaan saksi, keterangan ahli, dari bukti petunjuk, dan dokumen-dokumen lain, maka kami berkesimpulan diduga kuat yang bersangkutan melakukan bunuh diri,” ungkapnya.
Ayah Editor Metro TV Emosi Anaknya Disebut Diduga Bunuh Diri
Ayah almarhum Yodi, Suwandi (46), mengungkap kekecewaan atas hasil rilis kepolisian yang digelar Sabtu (25/7/2020) pagi. Menurut Suwandi, polisi tak menjelaskan secara detil bagaimana proses bunuh diri itu terjadi.
“Saya orangtua emosi mendengar ini, saya nggak yakin anak saya bunuh diri,” tegasnya ditemui wartawan di kediaman, Jalan Alle Raya, Cirendeu, Ciputat Timur, Tangerang Selatan.
Beberapa kejanggalan, kata Suwandi, adalah soal kondisi jenazah Yodi yang pada saat ditemukan dalam kondisi tak menyisakan jejak darah di pakaiannya. Seharusnya, lanjut dia, kalau memang Yodi menusukkan pisau ke tubuhnya sendiri sudah pasti bekas darah berceceran di sekujur tubuh.
“Logikanya kan kalau memang bunuh diri, masa iya bekas darahnya gak bersisa di pakaian, keliatan rapih, nggak mungkin kan. Polisi nggak menjelaskan itu detailnya bagaimana,” jelasnya.
Hal lain yang dipertanyakan keluarga adalah keterangan pihak kepolisian yang menduga pemicunya adalah akibat depresi yang dialami almarhum Yodi. Padahal, sambung Suwandi, tak pernah dia atau istrinya melihat perubahan drastis dari sikap Yodi di rumah.
“Nggak pernah anak saya kelihatan depresi, dia memang anaknya pendiam,” ucapnya.(BES/VIN/ONE)