Ramai! Jualan Hotel di Indonesia
Jurnal123.com – Akhir-akhir ini marak penjualan hotel di Indonesia. Sejumlah hotel mewah di berbagai lokasi strategis di Jakarta terpampang untuk dijual, yakni di e-commerce barang beli bekas. Nilainya tidak main-main, berkisar mulai dari ratusan miliar hingga angka triliunan rupiah.
Salah satunya hotel bintang empat di kawasan TB Simatupang yang dijual dengan pembukaan harga Rp 950 miliar atau US$ 68 juta. Penjual di iklan tersebut menerangkan ada sejumlah fasilitas yang diberikan, mulai dari 12 Meeting Rooms, Ballroom, Bar & Lounge, Specialty Restaurant, hingga 296 kamar yang terdiri dari beragam jenis.
Di dalamnya disebutkan bahwa disediakan pula garasi dengan 101 mobil & 90 motor, jumlah lantai 24 tingkat serta Luas tanah sebesar 5234 m2 dan luas bangunan sebesar 25617 m2. Termasuk sertifikat hak milik.
Kemudian di Sudirman, ada juga hotel mewah bintang 5 yang ditawarkan dengan harga mencapai Rp 2,7 triliun. Penjual menuliskan sejumlah fasilitas, di antaranya total 396 kamar, sejumlah restoran dan spa.
Di Mega Kuningan hotel bintang 5 dijual dengan harga Rp 2,25 triliun. Disebutkan sejumlah fasilitas, yakni 333 ruangan, fasilitas olahraga dengan sertifikat berjenis Hak Guna Bangunan (HGB) hingga tahun 2036 mendatang.
Ketua Persatuan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Hariyadi Sukamdani sempat menanggapi soal fenomena tersebut. Ia bilang penjualan hotel saat pandemi corona saat ini memang ada, beberapa pengusaha perlu mendapat uang tunai karena kesulitan cashflow.
“Kalau yang jual memang sekarang ada, cuma nggak jual terbuka seperti di e-commerce, karena masalah cashflow corona ini. Nyari lawan pembeli saat ini memang tak mudah,” kata Hariyadi seperti dilansir CNBC Indonesia, Rabu (29/4/2020).
Ia bilang sangsi dengan pelapak yang menjual hotel hingga ratusan miliar rupiah di platform e-commerce. Hariyadi punya pengalaman kurang menyenangkan dengan hotel miliknya yang tiba-tiba terpampang dalam situs jual beli online.
“Saya nggak yakin, sering orang ngaur, soalnya ada beberapa kejadian, kurang ajar, properti saya dijual, nggak bisa dikontak orangnya,” katanya.
Menurutnya penjualan hotel biasanya dilakukan sesama antar pengusaha, tak dijual terbuka ke umum.
“Kalau mau jual nggak akan terbuka, siapa yang punya duit segitu, kayak makelaran aja, biasanya kita transaksi sama yang kenal,” katanya.
Sebelumnya Presiden Direktur PT Pakuwon Jati Tbk Stefanus Ridwan mengaku selama pandemi corona ini sering ditawari tanah dan hotel untuk dijual oleh sesama rekan bisnisnya. Ini karena banyak pengusaha butuh uang tunai kala pandemi, tapi ia menolaknya karena saat ini bukan prioritas untuk investasi.
Ia bilang ketidakpastian situasi membuat pengusaha ragu untuk mengambil keputusan. Apalagi sampai mengeluarkan miliaran hingga triliunan rupiah untuk pembelian lahan atau aset properti lainnya.
“Udah pasti turun dan yang beli juga nggak ada. Hotel ratusan yang ditawarin ke saya,” ungkapnya.
Sementara itu, Ketua Persatuan Perusahaan Realestat Indonesia (REI) DKI Jakarta, Arvin F Iskandar menilai memang perlu verifikasi lebih lanjut soal informasi penjualan hotel mewah di e-commerce. Namun, hal itu mungkin saja dilakukan karena media digital dirasa efektif sebagai tempat berjualan.
“Sarana penjualan lah sekarang kita liat. Baik di YouTube, Video Blog, media sosial lain. Sekarang sales mencoba lebih gencar melalui media digital,” papar Arvin.
Ia mengakui setor perhotelan membutuhkan dana segar untuk bisa bertahan. Yakni uang tunai dalam memutar cashflow perusahaan saat terdampak pandemi corona.
“Perhotelan hampir lockdown. Yang masih buka pun okupansi 5-10%. Gimana cashflow operasionalnya agak berat. Mereka mungkin mencoba memasarkan, mungkin ya. Cuma harganya pun ga harga bargain atau murah juga,” katanya.
CNBC INDONESIA