Hanya Vaksin Corona yang Bisa Bikin Dunia Kembali Normal
Jurnal123.com – Pada tahun 1967, cacar masih menginfeksi 15 juta orang dan membunuh 2 juta dari mereka. Tetapi pada dekade berikutnya, kampanye global vaksinasi cacar sangat berhasil, sehingga pada 1979 Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan bahwa manusia telah menang, dan cacar telah sepenuhnya diberantas. Kuncinya adalah vaksinasi!
Sekjen Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) Antonio Guterres mengatakan bahwa vaksin COVID-19 mungkin satu-satunya hal yang bisa mengembalikan dunia pada keadaan normal. Guterres pun berharap vaksin tersebut akan tersedia sebelum akhir tahun ini.
“Vaksin yang aman dan efektif mungkin merupakan satu-satunya alat yang dapat mengembalikan dunia pada rasa ‘normal,’ menyelamatkan jutaan nyawa dan triliunan yang tak terhitung,” ujar Guterres dalam konferensi video dengan puluhan negara-negara Afrika yang menjadi anggota PBB.
Pemimpin badan dunia itu meminta percepatan pengembangan vaksin untuk virus Corona dan akses untuk semua, seraya menambahkan bahwa vaksin itu harus memiliki “manfaat global yang universal dan memungkinkan kita untuk mengendalikan pandemi.”
“Kita membutuhkan upaya ambisius untuk memastikan bahwa para pemangku kepentingan internasional beroperasi melalui pendekatan yang terpadu dan terintegrasi untuk memaksimalkan kecepatan dan skala yang diperlukan untuk penyebaran universal vaksin tersebut pada akhir 2020,” tegasnya seperti dilansir kantor berita AFP, Kamis (16/4/2020).
Guterres juga mengatakan bahwa permintaan yang disampaikannya pada 25 Maret lalu mengenai donasi US$ 2 miliar untuk penanganan komprehensif PBB atas pandemi virus Corona, sejauh ini telah terkumpul sekitar 20 persen dari jumlah itu.
Lewat Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), ujar Guterres, PBB telah bisa melengkapi 47 negara Afrika dengan alat tes virus Corona.
Sekjen PBB itu juga memuji upaya sejumlah negara Afrika untuk memitigasi konsekuensi dari pandemi Corona, misalnya Namibia yang memberikan dana darurat bagi para pekerja yang kehilangan pekerjaan dan Mesir yang telah menurunkan pajak atas industri-industri.
AS, Jerman dan China Berlomba Kembangkan Vaksin
Berbagai perusahaan dan negara berlomba-lomba mengembangkan obat dan vaksin untuk virus corona. Kalaupun vaksin berhasil dikembangkan, bukan berarti masalah akan selesai begitu saja.
Virus corona kini sudah menginfeksi lebih dari dua juta orang di dunia. Angka kematian akibat pandemi kini mencapai 137 ribu jiwa. Artinya tingkat mortalitasnya mencapai 6,6%.
Virus ini terus menyebar luas hingga kini telah merebak ke lebih dari 185 negara dan teritori. Jenis virus corona yang sekarang menjangkiti dunia adalah tipe baru yang belum ada obat dan vaksinnya. Ketiadaan obat dan vaksin inilah yang memperparah penyebaran dari virus.
Saat ini perusahaan-perusahaan farmasi global Amerika, Perancis, Jerman hingga China sedang berlomba-lomba untuk mengembangkan vaksin dan obat untuk virus corona.
Jenis vaksin yang dikembangkan mulai dari yang sederhana yakni berupa organisme patogen yang dilemahkan sampai yang sifatnya berteknologi tinggi menggunakan materi genetik dan protein rekombinan.
Vaksin digunakan untuk meningkatkan respon imun bagi resipien. Artinya vaksin akan memicu sistem imun manusia memproduksi antibodi. Selanjutnya ketika orang yang divaksinasi terpapar ke patogen, sistem imun akan mengenali patogen dan merespons lebih cepat.
Dari semua vaksin yang dikembangkan dan berada dalam pipeline untuk uji klinis, jenis vaksin produksi Moderna yakni mRNA-1273 merupakan kandidat vaksin yang paling berprogres. Saat ini mRNA-1273 tengah menjalani uji klinis tahap I.
Ketika kandidat vaksin lain baru akan uji klinis tahap pertama paling awal bulan Mei nanti. mRNA-1273 yang dikembangkan Moderna akan masuk uji klinis tahap II beberapa bulan ke depan. Perusahaan tersebut juga sudah mulai membangun fasilitas produksi.
Persoalannya kini timbul, sekalipun vaksin berhasil dikembangkan, tantangan besar masih menanti. Tantangan tersebut beragam dan kompleks. Tantangan yang dihadapi mulai dari yang sifatnya teknis hingga yang bersifat sosial-ekonomi.
Dari aspek teknis, tantangannya adalah bagaimana memproduksi vaksin atau obat tersebut dengan skala besar. Mengacu pada jurnal Nature, bahwa waktu yang dibutuhkan untuk mengembangkan suatu vaksin paling cepat adalah 12-18 bulan.
Kemungkinan besar vaksin baru ditemukan setelah pandemi ini reda. Namun bukan berarti pengembangan vaksin jadi sia-sia. Vaksin tetap dibutuhkan karena pandemi tidak akan benar-benar hilang dan bisa berubah menjadi penyakit musiman seperti flu.
Sumber : Berbagai sumber
Editor : Jimmy Endey