Kesehatan

Benarkah Kolak Kurang Baik Dikonsumsi Saat Berbuka Puasa?

Jurnal123.com – Saat berbuka puasa, kolak adalah salah satu hidangan khas yang banyak dinikmati masyarakat Indonesia. Makanan berkuah santan yang biasanya dilengkapi dengan pisang, kolang-kaling, ubi dan buah labu ini memiliki rasa manis yang lezat.  Meski demikian, bolehkah minum kolak saat berbuka puasa?

Seperti dilansir Kompas, DR dr. Samuel Oetoro, MS SpGK (K), Spesialis Gizi Klinik di MRCCC Siloam Hospitals Semanggi, menjelaskan bahwa kolak kurang baik apabila dikonsumsi sebagai makanan pembuka saat berbuka puasa.

Tak hanya kolak, meminum teh manis atau sirup sebenarnya juga tidak baik untuk dilakukan.
“Itu gula darah naiknya cepat. Tapi nggak ada seratnya jadi jelek,” terangnya.

Saat gula darah cepat naik, maka hormon insulin dirangsang terus-menerus sehingga berisiko membuat seseorang mudah terkena diabetes.

Alasan kedua, ia menyampaikan, pada kolak terdapat kandungan santan yang kurang baik apabila dikonsumsi saat berbuka termasuk saat sahur.
“Kalau puasa perut kan istirahat, kemudian lambung masuk santan itu bisa timbul mual atau muntah,” ujar dia.

Meski demikian, ia mengatakan jika ingin makan kolak, boleh saja dilakukan asal hanya sesekali.

Minuman yang tepat untuk buka puasa

Lebih lanjut ia menyampaikan, minuman yang paling pas untuk diminum saat berbuka adalah jus buah yang berasal dari buah yang memiliki rasa manis dan segar tanpa ditambah gula pasir.
“Jus buah yang manis tapi dijus bukan diblender,” terang dia.

Ia menjelaskan, jus cepat untuk diserap dan menaikkan kadar gula. Selain itu, pada jus buah yang masuk adalah gula fruktosa bukan gula pasir sehingga insulin tidak banyak dirangsang.

Selain jus, kurma menurutnya juga baik dikonsumsi saat berbuka.
“Atau pakai kurma. Kurma fruktosanya tinggi, kalau fruktosa tinggi itu tak merangsang insulin dan kurma ada serat juga,” jelas dia.

Selanjutnya, apabila sudah berbuka dengan jus atau kurma, maka seseorang dapat menunda makan besar dengan melakukan aktivitas salat Maghrib terlebih dahulu.

“Pada waktu gula darah udah naik, lemes ilang kan. Dia salat Maghrib dahulu baru berbuka makan besar,” terangnya.

Adapun untuk menu makan besar saat berbuka menurutnya bisa mengkonsumsi makan besar dengan gizi seimbang.
“Untuk buka, lengkap pakai nasi, karbohidrat. Tapi yang tingi serat seperti nasi merah. Lalu ada ikan, sayur, ayam dan buah,” pungkasnya.

KOMPAS

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *