Sosok Walikota Batu Yang Ditangkap KPK
JURNAL123, BATU.
Wali Kota Batu, Jawa Timur, Eddy Rumpoko mempertanyakan penangkapan yang dilakukan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) terhadapnya di rumah dinasnya.
“Saya di rumah lagi mandi, tahu-tahu digedor, katanya Operasi Tangkap Tangan (OTT) KPK,” kata dia usai pemeriksaan awal di Mapolda Jatim Surabaya, Sabtu 16 September 2017
Di mengaku tidak tahu perihal apa yang disangkakan kepadanya. “Uangnya tidak tahu. Terima juga tidak tahu,” ujar Eddy seperti dilansir Antara.
Siapakah Eddy Rumpoko?
Eddy menyelesaikan jenjang sekolahnya di Jawa Timur. Setelah lulus dari SDK ST Xaverius, Surabaya pada 1972, ia melanjutkan ke SMP Taman Siswa/Taman Dewasa, lalu beranjak ke SMA Negeri 5, Malang.
Sebelum menjadi wali kota, ia beberapa menduduki jabatan direktur utama sejumlah perusahaan, yakni PT Unicora Agung, PT Janaka Agung, dan PT Duta Perkasa Unggul Lestari. Eddy juga pernah tercatat sebagai Komisaris Harian Umum Malang Post.
Kekayaan Eddy Rumpoko
Dari aplikasi Laporan Harta Kekayaan Penyelenggara Negara (LHKPN), Eddy terakhir melapor pada 1 Juni 2015. Total harta yang dimiliki yakni Rp 16.438.612.628 dan 181.437 USD (Rp 2,4 miliar).
Harta tersebut terbagi dari harta bergerak dan tidak bergerak. Eddy diketahui memiliki aset aset tanah dan bangunan di Jakarta Selatan, Malang, Batu dan Yogyakarta.
Salah satu aset tanah di Batu milik Eddy yakni tanah berukuran 4.560 meter persegi senilai Rp 350 juta. Sementara di Jakarta Selatan, Eddy punya aset tanah seluas 90 meter persegi senilai Rp 1,2 miliar.
Dalam laporan, Eddy memiliki aset benda bergerak berupa mobil yang jumlahnya 8 unit. Mobil tersebut dari berbagai merek dan pabrikan Asia hingga Eropa yakni BMW, Mercedes-benz, Honda dan Toyota.
Dia juga memiliki satu motor Piaggio LX tahun 2011 senilai Rp 20 juta dan motor BMW keluaran tahun 1954 dengan harga Rp 100 juta.
Total aset mobil Eddy mencapai Rp 3,8 miliar. Selain itu, Eddy juga mengoleksi barang seni dan antik yang dalam laporan jumlahnya Rp 2,35 miliar.
Karier Dan Organisasi
Dalam hal berorganisasi, Eddy pernah menjabat dalam Pengurus Daerah Ikatan Motor Indonesia (IMI) Jawa Timur, menjadi Generasi Muda Forum Komunikasi Putra-putri Purnawirawan TNI/Polri (GM FKPPI) Jawa Timur, serta anggota Pemuda Pancasila Jawa Timur. Namanya juga masuk dalam anggota DPP PDI Perjuangan.
Pria kelahiran Kota Manado, Sulawesi Utara, 8 Agustus 1960, itu juga aktif dalam bidang olahraga. Ia merupakan perintis berdirinya tim sepak bola PS Arema. Pada Mei 2015, Eddy ditunjuk sebagai anggota Tim Transisi PSSI oleh Menteri Pemuda dan Olahraga Imam Nahrawi.
Setelah Kota Batu terbentuk sebagai daerah otonom baru pada 2001, Eddy terpilih sebagai wali kota pertama melalui pemilihan kepala daerah pada 2007.
Salah satu program yang dilakukan Eddy dalam masa pemerintahannya adalah mendorong pengembangan pertanian organik. Misalnya, alokasi pupuk kimia bersubsidi di Kota Batu kian menurun, sekitar 30 persen. Jika sebelumnya sebanyak 6.000 ton per tahun, pada 2015 menjadi hanya 4.800 ton per tahun.
Usaha pemkot untuk mengangkat sektor pertanian juga dilakukan dengan membeli produk susu peternak sapi perah. Setiap tahun, sebanyak Rp 5 miliar anggaran APBD Kota Batu dialokasikan untuk membeli susu dari peternak. Susu itu lalu dibagikan kepada anak-anak SD di kota itu sebagai makanan tambahan, seminggu sekali.
“Program ini membuat petani bersemangat beternak sapi, sekaligus menambah gizi anak-anak Kota Batu. Satu program dengan dua tujuan sekaligus,” kata Eddy seperti dikutip Harian Kompas, 29 Mei 2015.
Eddy juga memanfaatkan pertanian di Kota Batu menjadi tujuan wisata. Dibuatlah sentra wisata pertanian, seperti sentra produksi sayur-mayur di Desa Sumber Brantas, dan Tulungrejo; sentra produksi bunga di Desa Sidomulyo, Gunungsari, dan Punten; sentra produksi Apel di Kecamatan Bumiaji; dan sentra produksi tanaman pangan, terutama padi di Kecamatan Junrejo.
Sentra produksi itu dikemas menjadi wisata agro. Wisatawan bisa datang, menikmati, dan membeli langsung produk pertanian itu. Produk bentuknya bukan hanya hasil bumi, tetapi sekaligus olahan pertanian, misalnya keripik dan sari apel.
Pencalonan kedua Eddy pada Pilkada Kota Batu 2013 sempat tersandung kasus dugaan ijazah palsu. Eddy dan pasangannya, Punjul Santoso, bahkan sempat tidak lolos pencalonan oleh Komisi Pemilihan Umum.
Setelah Polda Jatim menghentikan kasus tersebut, Eddy-Punjul diperbolehkan maju di Pilkada Kota Batu dan akhirnya menang.
Masa jabatan kedua Eddy akan berakhir pada akhir Desember nanti. Setelah itu, ia akan digantikan oleh istrinya, Dewanti Rumpoko, dan wakil bupati petahana, Punjul Santoso.
Dalam Pilkada Kota Batu 2017, Dewanti yang berpasangan Punjul menang dengan perolehan 51.754 suara atau 44,57 persen dari total suara sah.(CAM)