Hari Ke-21 Kecelakaan AirAsia QZ8501
Antara Harapan Dan Kenyataan
JAKARTA, JURNAL123.
Hari ini memasuki hari ke-21 paska kecelakaan AirAsia QZ8501 yang diawali hilang kontak pada 28 Desember 2014.
Asa adanya korban selamat dalam insiden AirAsia QZ8501 membumbung tinggi kala letak jatuhnya pesawat rute Surabaya-Singapura itu mulai terlacak pertama kalinya lewat serpihan yang mengapung di Selat Karimata, dekat Pangkalan Bun, Kalimantan Tengah pada 30 Desember 2014. Kepala Basarnas Marsekal Madya FH Bambang Soelistyo pada hari ketiga pencarian AirAsia berharap ada korban insiden yang selamat. Harapan korban selamat mengemuka, setelah tim SAR gabungan mendapatkan petunjuk kunci lokasi jatuhnya pesawat AirAsia sejak hilang tiga hari sebelumnya.
Secara kronologis, tim gabungan mulai menemukan bagian yang diduga pesawat AirAsia QZ8501 berikut jenazah yang berada di perairan dekat Pangkalan Bun.
Berdasarkan penuturan Bambang, pesawat C925 AU menemukan benda-benda, serpihan atau bagian warna putih yang diduga dari pesawat AirAsia QZ8501, yang mengapung pada koordinat 3 derajat 46′ 50-LS 110 derajat 29′ 27-BT pada pukul 08.00 WIB (30/12/2014).
Pada 11.30, pesawat C-130 TNI AU menemukan potongan logam pada koordinat 3 derajat 50′ 43-LS 110 derajat 29′ 21-BT.
Selanjutnya pukul 12.40, pesawat C-130 TNI AU menemukan pintu darurat pada koordinat 3 derajat 54′ 48-LS 110 derajat 31′ 4-BT).
KRI Bung Tomo mengevakuasi pintu darurat pada pukul 14.10 di koordinat 4 derajat 5′ 0-LS 110 derajat 16 ‘ 0-BT.
Kemudian, berangsur-angsur sejumlah korban dan debris pesawat ditemukan. Satu per satu bagian pesawat ditemukan seperti kursi pesawat, tas anak kecil, tabung udara dan bagian-bagian pesawat lainnya. Tidak ketinggalan, jenazah pertama kalinya juga ditemukan.
Kenyataannya
Asa korban selamat selalu ada, karena hingga kini jumlah korban ditemukan sebanyak 51 orang atau belum separuh dari total penumpang sebanyak 155 orang dan tujuh awak pesawat.
Meskipun harapan korban selamat itu kecil, tapi Bambang selalu optimistis dengan kegiatan SAR yang dijalankan satuannya.
Hingga sampai pada hari ke-15 pencarian korban dan debris AirAsia, pejabat teras di Angkatan Udara itu mengaku kalah dalam pencarian korban AirAsia. Maklum, tugas utama Basarnas adalah mengevakuasi korban dan dengan “sampingan” menemukan kotak hitam atau ‘blackbox’ yang terdiri dari perekam suara kokpit (cockpit voice recorder/CVR) dan perekam data penerbangan (flight data recorder/FDR).
Tugas pencarian kotak hitam itu merupakan upaya Basarnas untuk membantu Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) menemukan kotak yang aslinya berwarna jingga itu.
“Hasil sudah jelas kini tidak ditemukan lagi jenazah korban. Tidak ada tambahan korban. Layaknya dalam medan pertempuran, saya kalah untuk ini,” tutur Bambang, saat pencarian korban tak membuahkan hasil untuk beberapa hari.
Akan tetapi, Bambang mengakui pihaknya menang di dalam tugas tambahan lainnya, yaitu membantu menemukan kotak hitam pesawat.
“Seperti peperangan maka akan ada kalah dan menang. Kami menang untuk tugas tambahan dalam mendapatkan FDR dan VCR. Ada tim penyelam tangguh kita yang dibantu dengan alat pelacak ‘blackbox’,” ucap dia.
Meski demikian, tim SAR tetap mencari korban insiden pesawat, meski jumlahnya tidak sampai puluhan setiap harinya.
Sementara itu, pujian justru datang dari Direktur Utama AirAsia, Tony Fernandes. Lewat akun Twitternya, ia mengaku melihat usaha terus-menerus dari tim SAR untuk mencari setiap korban dan bagian pesawat. Terlebih saat badan utama pesawat ditemukan oleh tim atau setelah bagian-bagian kecil pesawat dan kotak hitam ditemukan.
“Gambar itu benar. ‘Fuselage’ (badan pesawat) ditemukan. Butuh upaya para penyelam untuk mengevakuasinya. Terima kasih semua tim SAR. Kami berharap semua penumpang ada di sana (ditemukan),” kata dia.
Akhiri Evakuasi?
Dengan pernyataan kekalahan Bambang, dia mengisyarakan akan mengakhiri operasi SAR gabungan dalam evakuasi korban AirAsia QZ8501. Kendati demikian, dia masih enggan mengumumkannya.
“Mengenai kapan, hanya saya dan staf saya yang tahu kapan diakhiri. Maka pada akhirnya saya harus menentukan evakuasi gabungan itu ditutup,” tukas dia.
Meski nanti operasi SAR gabungan ditutup, Kabasarnas menjamin pencarian korban akan terus dilakukan.
“Siapa selanjutnya yang akan bergerak bila ditutup? Basarnas punya operasi SAR harian. Ini akan kita lakukan untuk pencarian selanjutnya, bukan dalam bentuk ‘join operation’ seperti sekarang, tapi dalam tugas operasi harian Basarnas,” tegas Bambang.
“Operasi masih berlanjut sampai nanti pada saatnya saya sampaikan pengakhiran. Sebelum saya sampaikan resmi pengakhiran dipastikan operasi masih dilanjutkan,” lanjut Bambang.
Sejauh ini, dia mengatakan hanya baru akan mengurangi kekuatan tim SAR gabungan.
“Hanya kekuatan yang ada saya kurangi. Pertimbangannya, area luasan cukup diisi sejumlah kapal dan pesawat saja. Yang penting dari tim evakuasi adalah sistem atau alat untuk dapat sasaran di dalam air. Kemudian dengan penemuan sasaran evakuasi kami kirim alat dan penyelam,” tambahnya.
Menurut Kabasarnas, memperpanjang hari pencarian justru tidak efisien. Karena itu, kekuatan pencarian berangsur-angsur dikurangi.
“Yang tidak boleh hilang dalam proses SAR itu, sistem yang ada di situ. Untuk mencari yang di bawah, mengkonfirmasi, menemukan, itu tidak boleh hilang,” tukas dia.
Menjaga Hati Keluarga Korban
Bambang sempat beberapa kali mengunjungi keluarga korban kecelakaan pesawat AirAsia QZ8501 di Posko “Disaster Victim Identification” (DVI) Polda Jawa Timur di Surabaya.
Dia berupaya menjelaskan tentang harapan dan kenyataan terkait evakuasi korban seperti info mendetail terkait kegiatan evakuasi korban seperti proses awal, pokok dan akhir proses SAR.
Tujuannya, agar para keluarga korban paham dan dapat mengerti antara harapan tim dan keluarga, realita yang ada dan kenyataan yang sedang terjadi di lapangan terkait evakuasi korban.
“Harapan keluarga menjadi perhatian saya supaya bisa memperpanjang hari pencarian untuk memenuhi harapan keluarga, ya risikonya saya harus kurangi kekuatannya,” kata dia.
Bambang menemui keluarga korban AirAsia untuk menjaga psikologis mereka. Memberi pengertian ke keluarga korban tentang rencana pemberhentian operasi gabungan pencarian AirAsia. Pemberitahuan jauh-jauh hari ini diharapkan dapat membuat keluarga korban lebih ikhlas.
Pertemuan dengan keluarga korban, kata dia, membawa mereka dari satu harapan yang besar kemudian menjadi sedikit mempertimbangkan realita sehingga dapat legowo saat kekuatan SAR berangsur-angsur dikurangi. “Saya sampaikan pelan, sampai akhirnya ada kalimat penutupan operasi itu. Tapi dengan saya berikan harapan, mereka tersenyum. Bahkan ada satu keluarga korban yang sampai saat ini empat-empatnya belum ditemukan, berdiri dan mengajak lainnya berdiri untuk memberikan aplaus kepada tim SAR,” tandasnya.
Sumber: Antara
Dilansir : Kompas.com