Tahun 2015 Cengkeh Tembakau Diprediksi Turun Harga
NUSANTARA, JURNAL123.
Harga cengkeh dan tembakau kembali diprediksi akan merosot. Mengapa demikian?
Syamsul Hadi, peneliti FISIP Universitas Indonesia membenarkan bahwa harga cengkeh dan tembakau tahun depan diprediksi akan mengalami kemerosotan. Hal itu ditenggarai oleh akan naiknya bea cukai rokok sebesar 10%.
Bukan hanya itu, naiknya bea cukai sebesar 10% juga akan mengurangi pendapatan petani cengkeh dan tembakau. Bahkan dengan naiknya bea cukai juga akan membunuh secara perlahan home industri rokok.
Artinya kebijakan yang dilakukan oleh pemerintah secara perlahan telah memukul harga cengkeh dan tembakau baik di tingkat petani ataupun industri rokok skala Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM). “Tindakan pemerintah meningkatkan cukai perlahan akan mematikan pertanian tembakau dan cengkih,” jelas Syamsul.
Melihat hal tersebut, Syamsul berharap pemerintah dapat memikirkan kembali untuk menaikan bea cukai rokok sebesar 10% karena memiliki multiplier effect. Sebab, jika pendapatan petani dan cengkeh akan mengalami penurunan karena naiknya harga bea cukai rokok bukan tidak mungkin akan beralih ke tanaman yang lain. Hal itu karena dengan naiknya bea cukai rokok maka otomatis industri rokok akan menekan harga cengkeh dan tembakau ditingkat petani
Kendati dari tahun 2008 sebenarnya cukai terhadap tembakau sudah diatur dalam bentuk Dana Bagi Hasil (DBH-CHT). Alokasi ini bertujuan untuk mendanai kebutuhan daerah dalam rangka pelaksanaan desentralisasi.
Artinya dari dana tersebut seharusnya bisa dibagi dalam porsi tertentu kepada para petani tembakau dan cengkeh, baik dalam bentuk penyuluhan entrepreneurship atau pembelian bibit. Sehingga dengan kualitas yang lebih baik lagi maka bukan tidak mungkin akan dapat menembus pasar ekspor lebih besar lagi.
Contohnya, yaitu seperti yang dilakukan oleh PT Perkebunan Nusantara (PTPN) X. Saat ini rokok kretek yang dihasilkan oleh perusahaan pelat merah tersebut sudah dapat diekspor ke Cina.
Bahkan dampaknya Indonesia tidak lagi mengekspor dalam bentuk bahan mentah, tapi sudah dalam bentuk barang jadi. Sehingga dapat memberikan nilai tambah. “Sehingga jika ingin membatasi konsumsi rokok kenapa tidak mencoba untuk menembus pasar ekspor,” saran Syamsul.