Melihat Mumi Kaki More di Ende, NTT
FLORES, JURNAL123.
Bukan hanya keindahan alam yang tersaji di Pulau Flores, Nusa Tenggara Timur (NTT). Para pencinta wisata sejarah juga bisa melihat secara langsung mumi Kaki More di Kampung Wolondopo, Kabupaten Ende. Mumi itu terbentuk secara alami.
Tak sulit mencari lokasi penyimpanan mumi Kaki More di Ende. Banyak warga yang tahu tempatnya.
Begitu pula halnya saat salah satu media online nasional JPNN pekan lalu ke Ende untuk membuat liputan wisata alternatif. Sopir mobil rental yang ditanya soal mumi berusia lebih dari satu abad itu langsung menyatakan kesanggupannya untuk mengantar hingga tujuan.
Lokasinya berada di Kampung Wolondopo, Kabupaten Ende, NTT. Agak di pinggiran kota, namun masih bisa dijangkau dengan kendaraan roda empat. Memang tempatnya terletak di kampung yang berada di perbukitan sehingga jalannya agak naik. Dari rumah juru kunci mumi, yakni Paulus Modho, masih sekitar 1 km.
Setiap pengunjung yang akan melihat mumi diwajibkan menemui dan meminta izin kepada sang juru kunci lebih dulu.
Sebab, tidak sembarang orang bisa memasuki tempat penyimpanan mumi itu tanpa izin juru kunci. ”Untuk masuk, harus ada upacara lebih dulu. Nanti saya yang memimpin,” ujar Paulus seperti dikutip media online nasional yang menemui di rumahnya.
Mumi tersebut disimpan di sebuah rumah-rumahan berukuran 2 x 1,5 meter. Lokasinya berada di antara rumah-rumah penduduk. Rumah panggung itu berdinding papan dan beratap sirap. Bila tak ada pengunjung, posisinya selalu tertutup rapat.
Maka, begitu rombongan Jawa Pos sampai di lokasi, Paulus langsung melakukan ritual membuka rumah. Dia berdiri di depan pintu sejenak, lalu mengucapkan salam dengan logat Ende Lio.
Setelah mengucap salam, Paulus yang juga cucu Kaki More memasukkan kunci ke lubangnya. Beberapa kali kunci diputar, tapi tidak berhasil. Bahkan sampai sekuat tenaga. Paulus lalu berhenti sejenak.
Dia kemudian mengucap salam kembali kepada Kaki More. Selang beberapa saat, Paulus memutar kunci hingga terdengar suara klik. ”Syukurlah, pintu mau terbuka,” katanya lega.
Begitu pintu terbuka, terlihatlah peti berukuran kecil, sekitar 150 x 50 cm. Peti itu ditutupi terpal dan dilapisi kain batik di atasnya.
Di depan peti terdapat beberapa benda yang biasa dipakai untuk upacara membuka peti. Antara lain beberapa batang rokok yang dijajar dan botol kecil berisi arak lokal. ”Ini sesaji yang selalu diminta Kaki More sebelum menerima tamu,” ucap Paulus.
Sesaji itu kemudian diambil dan dibuang Paulus, lalu diganti dengan yang baru. Dia meletakkan lagi 12 batang rokok filter di depan peti dan dua botol arak baru. Juga ada sirih yang diserakkan di sekitarnya.(JPN)