Jumat, April 19, 2024
spot_img
BerandaTeknoKetika Privasi WhatsApp dan Facebook Terusik

Ketika Privasi WhatsApp dan Facebook Terusik

Jurnal123.com – Mantan kontraktor CIA yang jadi whistleblower aksi mata-mata Amerika Serikat Edward Snowden prihatin Amerika Serikat, Inggris dan Australia ingin mengacak-acak WhatsApp dan juga layanan Facebook lainnya. Meski dengan dalih memudahkan investigasi tindak kriminal serius, hal itu membahayakan masyarakat.

Seperti diberitakan, Facebook diminta menunda rencana enkripsi atau penyandian di Instagram dan Facebook Messenger. WhatsApp yang sudah mendapat penyandian itu juga tak lepas dari incaran, di mana otoritas meminta akses backdoor untuk mengakses pesan.

Padahal menurut Snowden, di tengah berbagai ancaman keamanan saat ini, enkripsi adalah satu-satunya pelindung informasi yang dapat diandalkan. “Jika mereka sukses melucuti enkripsi, infrastruktur publik dan kehidupan pribadi kita akan tidak aman secara permanen,” sebutnya.

Dalam kolomnya di Guardian, Snowden menyebut bahwa enkripsi menolong siapapun termasuk pekerja berisiko tinggi seperti jurnalis, aktivis, pekerja LSM dan lainnya dari ancaman pemerintahan represif.

Seandainya tidak ada enskripsi di layanan semacam WhatsApp serta dibuat backdoor, maka komunikasi miliaran orang akan tidak aman secara permanen.

“Dalam istilah paling sederhana, enkripsi adalah metode perlindungan informasi, cara utama untuk menjaga komunikasi digital aman,” tulisnya.

Hal itu penting lantaran setiap email yang ditulis, setiap pesan atau apapun yang baik atau memalukan ditransimisikan melalui internet yang makin tidak aman. Pelucutan enkripsi akan menjadikan WhatsApp rentan menjadi target dan komunikasi privat setiap orang bisa terekspos.

“Dan komunikasi itu tidak hanya rentan untuk kepentingan investigasi di AS, Inggris dan Australia, tapi juga agen intelijen China, Rusia dan Arab Saudi, belum lagi para hacker di seluruh dunia,” cetusnya.

Enkripsi end to end didesain sehingga pesan hanya dapat dibaca oleh penerima dan pengirim. Pesan tetap aman meskipun disimpan oleh pihak ketiga semacam Facebook. WhatsApp sendiri memakai enkripsi E2EE yang memastikan ‘kunci’ pesan hanya disimpan di ponsel yang terlibat.

“Pesan itu tak dapat diangkut bahkan dalam event kebocoran data masif yang sekarang sangat umum. Pendek kata, E2EE memungkinkan perusahaan semacam Facebook, google dan Apple melindungi user dengan memastikan mereka tak memegang kunci dari komunikiasi privat kita,” papar Snowden.

Snowden memuji Facebook dan kawan-kawan soal penerapan enkripsi itu dan merasa heran pemerintah AS mau memperlemahnya.
“Mengherankan ketika sebuah perusahaan yang berpotensi bahaya seperti Facebook yang tampaknya mau mengimplementasikan teknologi yang mmebuat user lebih aman malah diganggu,” sebut Snowden.

Enskripsi atau penyandian end to end di WhatsApp adalah perlindungan privasi, di mana hanya pengirim dan penerima yang dapat membaca sebuah pesan. Benteng perlindungan tersebut belakangan diusik oleh penegak hukum di negara-negara superpower.

Pejabat Amerika Serikat, Inggris, dan Australia telah meminta agar penegak hukum bisa mengakses pesan ketika menginvestigasi teroris, pelaku pelecehan anak-anak, dan kriminal lainnya.

Departemen Kehakiman AS sudah lama tidak setuju dengan penyandian pesan karena dianggap menyulitkan pihaknya melawan kaum kriminal. FBI pernah meminta agar Apple membuka pesan iPhone milik tersangka pembunuhan massal di California, yang tidak dikabulkan oleh Apple.

Kini, Facebook jadi sasaran. Facebook seperti disebutkan telah menyediakan enskripsi pada WhatsApp dan rencananya akan memberikannya ke Messenger dan Instagram. Ini yang ditentang penegak hukum di AS dan sekutunya.

Bahkan tak menutup kemungkinan penyandian di WhatsApp diminta dilucuti karena otoritas meminta ada akses backdoor bagi mereka kala menginvestigasi sebuah kejahatan. Jika Facebook ngeyel, maka masyarakat umum yang bisa kena akibatnya.

“Perusahaan tak seharusnya mendesain sistem untuk menghindari akses pada konten, mencegah investigasi kriminalitas yang paling serius. Ini mengakibatkan warga terpapar risiko dengan menurunkan kemampuan perusahaan mendeteksi dan merespons konten ilegal,” tulis Jaksa Umum Amerika Serikat, William Barr dalam suratnya bersama pejabat Inggris dan Australia.

Aktivitas ilegal misalnya eksploitasi anak-anak, terorisme atau campur tangan asing pada urusan domestik yang semuanya dilakukan melalui WhatsApp. Menteri Dalam Negeri Inggris, Priti Patel menyebut enkrispi membahayakan keamanan anak-anak karena predator seks berkeliaran bebas di aplikasi pesan.

Facebook pun diminta menunda niatnya menyandi semua pesan. Pemerintah menyadari hak-hak privasi masyarakat, akan tetapi tetap akan mencari akses pada konten jika keamanan publik terancam.
“Perusahaan teknologi seperti Facebook punya tanggung jawab untuk menyeimbangkan antara privasi dengan keamanan masyarakat,” tambah mereka.

Pihak Facebook sendiri bertahan pada keinginannya untuk menjaga privasi pesan dengan enkrispi dan di sisi lain berusaha memastikan keamanan masyarakat dengan cara lain, bukan dengan memberi akses backdoor.
“Terkait rencana itu, kami berkonsultasi dengan pakar keamanan anak, pemerintah, dan perusahaan teknologi serta menyusun tim dan teknologi canggih sehingga kami bisa memakai semua informasi yang tersedia untuk membantu keamanan warga,” sebut Facebook.

“Enkripsi end to end telah melindungi pesan miliaran orang tiap hari. Teknologi ini makin banyak dipakai di industri komunikasi dan sektor perekonomian penting lain. Kami melawan upaya pemerintah untuk membuat backdoor karena akan mengganggu privasi dan keamanan orang,” imbuh mereka.(DEN)

RELATED ARTICLES

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

- Advertisment -spot_img

Most Popular

Recent Comments